REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Setibanya Senin (28/6), sejumlah warga Kota Palembang termasuk para pejabat sipil/TNI/polri, mensholatkan KH Ahmad Nawawi Dencik Al-Hafidz (62 tahun) Imam Besar Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II di masjid terbesar dan bersejarah di Kota Palembang tersebut.
Sebelum dimakamkan, jenazah juga disholatkan di Pondok Pesantren yang dikelola ulama kharismatik Sumatra Selatan tersebut.
Warga Kota Palembang meramaikan dalam dan luar Masjid Agung SMB II Palembang, Senin siang. Warga ingin menyaksikan kedatangan jenazah KH Nawawi Dencik Al-Hafidz yang dikenal imam tetap sholat Tarawih selama 37 tahun mengkhatamkan 30 juz Alquran.
Warga mengingringi jenazah yang dibawa mobil Ambulans menuju Ponpes Ahlul Quran KM 10 Palembang. Seusai disholatkan santri pondok, jenazah dimakamkan di area ponpes miliknya tersebut.
Selama iring-iringan jenazah dari Masjid Agung SMB II menuju Ponpes Ahlul Quran KM 10, sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dikosongkan untuk mengantarkan jenazah ke pemakaman areal pondok tersebut.
KH Nawawi Dencik Al-Hafidz telah menyiapkan generasi penghafal Alquran dengan mendirikan Ponpes Ahlul Quran. Sebelumnya, dia mengkader generasi penghafal Alquran di masjid dekat rumahnya di Sekip ujung, Palembang.
Hartini Riduan, warga Palembang menyatakan turut berbelansungkawa atas meninggalnya kiai dan ulama Palembang yang sangat bersahaja selama hidupnya. "Ya Allah ampunilah dia dan kasihanilah dia, dan maafkanlah dia," kata ibu rumah tangga tersebut.
Ahmad Mujahid Lillah juga mendoakan KH Nawawi Dencik, semoga Allah mengampuninya, dan memberikan rahmat, ampunan, dan dilapangkan pintu masuknya dan masuk surga.
Selain doa dan ucapan belangsungkawa secara langsung dari warga, ungkapan serupa juga berdatangan di Masjid Agung SMB berupa karangan bunga, juga di Ponpes Ahlul Quran.
KH Nawawi Dencik Al-Hafidz sudah 37 tahun mengimami Sholat Tarawih tanpa jeda, kecuali pada Ramadhan 1441 H tahun 2020 karena pandemi Covid-19. Dia menyelesaikan satu juz satu malam Ramadhan tanpa henti selama 23 rakaat di Masjid SMB II Palembang. Selain itu, dia juga kerap mengajar Alquran dan mengisi ceramah di berbagai masjid di Kota Palembang dan di daerah Sumatra Selatan.
Sejak tahun 1983, dia sudah diangkat gurunya menjadi imam di Masjid Agung SMB II, karena gurunya sudah tidak kuat lagi fisiknya mengimami sholat tarawih dengan 23 rakaat.
Saat itu, hafalan Alqurannya masih 17 juz, namun diberikan semangat untuk tetap mengimami agar terbiasa dan lancar mengkhatamkan Alquran.
Sejak itu, dia rutin setiap bulan Ramadhan di masjid bersejarah di Kota Palembang tersebut menjadi imam tarawih khatam 30 juz.
Ulama terkenal di Palembang tersebut sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit Islam Siti Khodijah Palembang.
Selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta, karena sakit yang dideritanya perlu mendapatkan perawatan yang serius, dan meninggal dunia pada Ahad (27/6) pukul 14.07.