REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran pada Senin (28/6) mengutuk serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap milisi bersenjata yang didukung Iran di wilayah perbatasan Irak-Suriah. Otoritas Teheran mengatakan serangan itu telah mengganggu stabilitas keamanan regional.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan pemerintahan Joe Biden AS saat ini "mengikuti pendekatan mantan Presiden Donald Trump."
"Tentu saja apa yang dilakukan AS adalah mengganggu keamanan di kawasan itu, dan salah satu korban gangguan ini adalah Amerika Serikat," kata Khatibzadeh dalam konferensi pers di Teheran.
“AS harus memperbaiki jalannya dan berhenti menciptakan krisis dan masalah bagi masyarakat di kawasan itu,” ungkap jubir.
Empat anggota kelompok Kataib Sayyid al-Shuhada, sebuah faksi dari milisi Hashd al-Shaabi, tewas dalam serangan udara AS di wilayah perbatasan Irak-Suriah pada hari Minggu.
Serangan-serangan AS itu mendapat kecaman dari pemerintah Irak, yang mengecam serangan itu sebagai pelanggaran kedaulatan Irak.
"Kami mengutuk dan menolak serangan AS di perbatasan Irak-Suriah tadi malam. Ini adalah pelanggaran yang terang-terangan dan tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Irak dan keamanan nasional di bawah semua perjanjian internasional," kata Yahya Rasul, juru bicara militer untuk Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada Senin, juru bicara Pentagon John Kirby mengumumkan bahwa mereka meluncurkan serangan udara "terhadap fasilitas yang digunakan oleh kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran di wilayah perbatasan Irak-Suriah."
Situs militer yang menampung pasukan AS serta Kedutaan Besar AS di Baghdad baru-baru ini mendapat serangan roket, yang dituding Washington diluncurkan oleh faksi-faksi bersenjata Syiah yang didukung Iran.