Selasa 29 Jun 2021 13:09 WIB

Gara-Gara Jilbab, Muslim Hui China Dituduh Ekstremis

Asosiasi meminta masyarakat tidak menghubungkan pakaian dengan kelompok ekstremis.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Gara-Gara Jilbab, Muslim Hui China Dituduh Ekstremis. Peserta Muslim Turnamen Go atau Weiqi dari etnis Hui di Ningxia, China (kiri) mengenakan jilbab. Jilbab yang ia kenakan memicu keluhan daring tentang ekstremis.
Foto: Weibo
Gara-Gara Jilbab, Muslim Hui China Dituduh Ekstremis. Peserta Muslim Turnamen Go atau Weiqi dari etnis Hui di Ningxia, China (kiri) mengenakan jilbab. Jilbab yang ia kenakan memicu keluhan daring tentang ekstremis.

REPUBLIKA.CO.ID, QUZHOU -- Sebuah kompetisi yang dirancang untuk mempromosikan persatuan antarkelompok etnis China di Quzhou, Zhejiang menjadi kontroversi setelah beberapa peserta mengenakan jilbab. Turnamen Go, permainan papan tradisional China atau disebut Weiqi direncanakan untuk mempromosikan partisipasi dan komunikasi di antara 56 kelompok etnis minoritas di China.

Kompetisi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Weiqi China dan berbagai kelompok lain juga menampilkan program estafet di  sebagai simbol kerja sama antara semua kelompok etnis. Banyak peserta mengenakan pakaian tradisional dalam acara tersebut akhir pekan lalu, termasuk anggota perempuan dari minoritas Muslim Hui dari Ningxia yang mengenakan jilbab.

Baca Juga

Salah seorang peserta, Wang Jingchu, memenangkan kompetisi dan hadiah untuk pakaian tradisional terbaik. Namun, jilbab yang dikenakan Wang dan anggota delegasi Ningxia lain memicu keluhan daring tentang ekstremis.

Reaksi ini mendorong federasi olahraga regional untuk memerintahkan penyelidikan. Sekretariat Federasi Olahraga Ningxia mengeluarkan pernyataan pada Selasa (2/2/6) mengatakan telah mewawancarai presiden dan sekretaris jenderal asosiasi Weiqi regional dan memerintahkan mereka melakukan tinjauan mendalam tentang pakaian pemain Hui.

Dua hari kemudian, Asosiasi Ningxia Weiqi mengeluarkan pembelaan terhadap pakaian para peserta. “Sangat normal bagi pria Hui mengenakan topi putih dan wanita mengenakan jilbab. Pakaian ini sudah menjadi tradisi lokal Hui dan tidak ada hubungannya dengan kelompok ekstremis,” kata asosiasi.

Asosiasi juga meminta masyarakat menghormati budaya dan tradisi orang Hui. Mereka juga meminta agar tidak menghubungkan pakaian dengan kelompok ekstremis. Tindakan tersebut dinilai tidak bertanggung jawab dan merupakan bentuk penghinaan serta pencemaran nama baik.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement