Kasus Baru Covid-19 di DIY Disebut di Atas 1.000 Per Harinya
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andri Saubani
Pintu masuk kampung ditutup di kawasan Tamansari, Yogyakarta, Selasa (29/6). Penutupan secara mandiri ini untuk membatasi pergerakan warga dari luar kampung. Untuk mengantisipasi dan menghambat penyebaran Covid-19 ditengah lonjakan tren kasus positif Covid-19. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penyebaran Covid-19 di DIY sudah sangat mengkhawatirkan. Bahkan, berdasarkan data kasus baru penambahan positif Covid-19 dari kabupaten/kota berbeda jauh dengan yang dilaporkan oleh Provinsi DIY.
Pendiri Laboratorium Statistik Terapan RoomStat, Budhi Handoyo Nugroho mengatakan, selisih data ini bahkan mencapai dua kali lipat. Setidaknya, secara berturut-turut pada 22-27 Juli 2021 tercatat penambahan kasus baru di atas 1.000 kasus per harinya.
"Enam hari berturut-turut di atas 1.000 semua (penambahan kasus baru Covid-19), cepat sekali mendongkrak, kasusnya sudah sangat tinggi," kata Budhi kepada wartawan dalam sesi wawancara yang digelar melalui Zoom, Selasa (29/6).
Ia menyebut, dari 22-27 Juni, tambahan kasus tertinggi terjadi di 26 Juni sebanyak 1.660 kasus baru berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan masing-masing kabupaten/kota. Sementara, berdasarkan data dari Provinsi DIY, penambahan kasus harian tertinggi dilaporkan pada 28 Juni dengan tambahan 895 kasus baru.
Artinya, selisih data antara kabupaten/kota dengan Provinsi DIY mencapai dua kali lipat. Dari 22-27 Juni ada tambahan 1.013 kasus baru, 1.088 kasus baru, 1.277 kasus baru, 1.403 kasus baru, 1.660 kasus baru dan 1.372 kasus baru yang dilaporkan berdasarkan data kabupaten/kota.
"Data dari provinsi jauh sekali catatan hariannya (dengan kabupaten/kota), kondisinya jauh sekali lebih memberikan. Mirip sekali dengan kasus di India, sangat mirip grafik kecepatannya," jelas Budhi.
Tidak hanya itu, selisih data ini juga terjadi pada penambahan harian kasus kematian Covid-19. Budhi menuturkan, kematian tertinggi yang dilaporkan berdasarkan data kabupaten/kota terjadi pada 25 Juni dengan 34 kasus kematian Covid-19.
Namun, di data Provinsi DIY tercatat rekor penambahan kematian ini terjadi pada 28 Juni dengan tambahan 32 kasus. Budhi menegaskan, jumlah kematian di DIY terus melonjak tajam, terutama di Kabupaten Gunungkidul yang peningkatan kematian Covid-19 mencapai lebih dari 400 persen dalam waktu 17 hari.
"Wabah penularannya cepat, semakin banyak yang terinfeksi, maka risiko kematian makin banyak. Rawan sekali fasyankes dan banyak yang meninggal ketika isolasi," ujarnya.
Seperti diketahui, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setyaningastutie tidak menampik adanya perbedaan data penambahan kasus positif Covid-19 di tingkat kabupaten/kota dengan provinsi dan pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan adanya proses pemotongan perhitungan data atau cut off yang dilakukan saat verifikasi data.
Pembayun menuturkan, pemerintah pusat sendiri sudah meminta cut off saat pukul 14.00 WIB. Sehingga, pada waktu tersebut seluruh data yang sudah diverifikasi dilaporkan ke pusat melalui sistem New All Record (NAR). Provinsi sendiri juga mengeluarkan data sesuai dengan yang masuk dalam sistem NAR.
Namun, verifikasi di tingkat kabupaten/kota terus dilanjutkan setelah pukul 14.00 WIB. Dengan begitu, katanya, perbedaan data ini bukan dikarenakan adanya data yang disembunyikan.
"Ada sejumlah data hasil tracing yang belum masuk karena masih harus diverifikasi. Data ini bukan kita sembunyikan, kalau cut off jam 14.00 yang sampai di NAR, diverifikasi disetop jam 14.00, pusat minta kita selesai jam 14.00. Tapi teman-teman kabupaten/kota terus tracing sampai hasil itu ditindaklanjuti, jadi bisa agak berbeda (datanya)," kata Pembayun.