Selasa 29 Jun 2021 19:11 WIB

Stok Oksigen Aman, Pasar Pramuka Bukan Patokan

Produsen menegaskan stok tabung oksigen aman.

Kelangkaan Tabung Oksigen di Pasar Pramuka Bukan Patokan. Foto: Pekerja mengisi ulang tabung oksigen untuk kebutuhan medis di Banda Aceh, Aceh, Selasa (29/6/2021). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini stok oksigen medis di Indonesia aman dan tercukupi meskipun terjadi kelangkaan tabung gas oksigen di beberapa daerah karena lonjakan kasus COVID-19.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Kelangkaan Tabung Oksigen di Pasar Pramuka Bukan Patokan. Foto: Pekerja mengisi ulang tabung oksigen untuk kebutuhan medis di Banda Aceh, Aceh, Selasa (29/6/2021). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini stok oksigen medis di Indonesia aman dan tercukupi meskipun terjadi kelangkaan tabung gas oksigen di beberapa daerah karena lonjakan kasus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masyarakat diminta tidak menjadikan Pasar Pramuka sebagai barometer kelangkaan stok tabung oksigen. Menurut Presiden Direktur Aneka Gas Industri Rachmat Harsono hal itu tidak dapat dijadikan sebagai barometer untuk ketersediaan oksigen berskala nasional.

"Orang-orang tahunya di Pramuka sebenarnya banyak agen di luar. Kalau orang terpusat di eceran ya ramai. Datang saja ke grosir," kata Rachmat, Selasa (29/6).

Baca Juga

Saat ini, berdasarkan kalkulasinya, stok tabung oksigen seharusnya cukup. Termasuk pasokan untuk medis. Asalkan, lanjut dia, masyarat tidak melakukan pembelian karena panik.

"Harusnya kalau kalkulasi cukup, asal masyarakat tidak beli-beli. Silinder yang beredar di Indonesia menurut data, 2,5-2,7 juta data BPS 2020. Dengan jutaan botol itu seharusnya kalau kita kalkulasi cukup asal masyarakat tidak menyimpan-nyimpan," katanya.

Rachmat mengatakan atas kondisi melonjaknya permintaan medis, perseroan bahkan sudah mengimbau agar seluruh cabang di Indonesia memberlakukan penjualan satu tabung pada satu keluarga. Sementara untuk pembelian dua tabung masih diizinkan hanya dengan menunjukkan syarat surat sakit dari dokter.

"Orang-orang kita, karena takut mereka beli, disimpan (tabung) kayak kita zaman masker dulu. Jadi seperti ketakutan. Padahal belum tentu orang Covid-19 diharuskan pakai oksigen. Orang takut ini harus dipadamkan," ujarnya.

Rachmat berharap tak ada masyarakat yang berupaya untuk menimbun tabung oksigen. Sebab, ucap dia, dengan jumlah tabung gas beredar ditambah dengan tabung yang akan datang lagi, seharusnya mampu memenuhi kebutuhan saat ini

"Bareskrim katanya sudah mulai bergerak, kita juga ingin tahu apa ada market yang menggerakan atau ada yang..karena kita punya kepentingan untuk memastikan suplai oksigen di rumah sakit terpenuhi," ujarnya.

Rachmat mencatat secara nasional perseroan telah memiliki filling station oksigen untuk pengisian tabung kosong. Di Jabodetabek, dia memaparkan ada 60 filling station yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

"Masyarakat diharapkan tidak konsentrasi di satu tempat gitu, tapi bisa ke mana-mana. Pramuka itu jumlahnya kecil, ecer saja. Sebenarnya ada tempat lain," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement