Selasa 29 Jun 2021 19:28 WIB

RSUD Garut Disiapkan Jadi RS Khusus Penanganan Covid-19

Ketersediaan ruangan dan alat kesehatan di rumah sakit sangat terbatas.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Bupati Garut, Rudy Gunawan didampingi Wakil Bupati Garut Helmi Budiman meresmikan fasilitas pelayanan penanganan pasien Covid-19 di RSUD dr Slamet  Kabupaten Garut, Senin (25/1).
Foto: Diskominfo Garut
Bupati Garut, Rudy Gunawan didampingi Wakil Bupati Garut Helmi Budiman meresmikan fasilitas pelayanan penanganan pasien Covid-19 di RSUD dr Slamet Kabupaten Garut, Senin (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut mempersiapkan RSUD dr Slamet untuk dijadikan rumah sakit (RS) khusus penanganan pasien Covid-19. Hal itu dilakukan untuk mengatasi tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) untuk pasien Covid-19 di RS yang terus meningkat.

Bupati Garut, Rudy Gunawan mengatakan, pihaknya sudah melakukan rapat bersama manajemen RSUD dr Slamet dan dinas kesehatan terkait rencana itu. Sebab, saat ini ketersediaan ruang isolasi di Kabupaten Garut semakin terbatas. 

"InsyaAllah minggu depan, kami akan jadikan RSUD jadi rumah sakit khusus Covid-19 dengan 500 bed. Kita akan lengkapi peralatannya," kata dia, Selasa (29/6).

Bupati juga meminta maaf kepada para pasien Covid-19 di Kabupaten Garut yang tak tertangani atau meninggal saat dirawat. Sebab, ketersediaan ruangan dan alat kesehatan di rumah sakit sangat terbatas. Sementara kasus Covid-19 terus mengalami lonjakan. 

Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jabar agar dapat memberikan alat bantuan pernafasan berupa ventilator. Dengan begitu, penanganan pasien Covid-19 di Garut akan lebih maksimal.

Rudy menambahkan, saat ini jumlah tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Garut juga terbatas. Apalagi, terdapat banyak nakes yang terpapar Covid-19. Akibatnya, jumlah nakes yang menangani pasien Covid-19 tak seimbang. 

"Harusnya satu nakes mengawasi 1-3 pasien, sekarang satu nakes mengawasi 10-12 pasien," ujar dia.

Namun, ia meyakinkan, Pemkab Garut akan melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ia juga memastikan ketersediaan oksigen dan obat untuk para pasien Covid-19 dalam kondisi ada.

Sementara itu, Direktur RSUD dr Slamet Kabupaten Garut, Husodo Dewo Adi mengatakan, pihaknya terus mempersiapkan rencana menjadikan RSUD sebagai RS khusus penanganan Covid-19. Nantinya, pasien non-Covid-19 yang ada di RSUD dr Slamet akan dialihkan ke RS swasta lainnya. 

"Kemungminan besar seluruh ruangan di RSUD akan dijadikan tempat isolasi. Sekarang kita sedang bicara dengan dinkes dan RS lain bagaimana teknisnya," kata dia.

Ia menyebutkan, total tempat tidur di RSUD dr Slamet saat ini berjumlah 520 unit. Namun, yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19 baru sekitar 200 unit.

Apabila nanti sudah dijadikan RS khusus penanganan Covid-19, 520 unit tempat tidur itu akan digunakan untuk merawat pasien Covid-19. Angka itu disebut masih dapat dimaksimalkan hingga sekitar 550 unit. Seluruh tempat tidur itu akan digunakan untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat.

"Kita masih terus hitung, terutama keperluan peralatan. Misalnya keperluan oksigen sekarang masih terbatas. Itu kan harus dipikirkan," kata dia.

Husodo menambahkan, pihaknya juga harus menyiapkan terkait nakes. Apalagi, menurut dia, saat ini terdapat banyak nakes di RSUD dr Slamet yang terpapar Covid-19. Kerena itu, RSUD dr Slamet merasa perlu dukungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut terkait kesiapan nakes. 

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Rita Sobariah mengatakan, saat ini pihaknya masih terus mematangkan rencana menjadikan RSUD dr Slamet menjadi RS khusus pasien Covid-19. Sebab, menurut dia, banyak yang harus disiapkan. Termasuk kesiapan RS swasta dalam menampung pasien non-Covid-19. Sebab, nantinya pasien non-Covid-19 yang dirujuk ke RSUD akan dialihkan ke RS swasta.

"Ini rencana akan mulai beejalan pekan depan. Jadi dalam minggu ini mulai persiapan," kat dia.

Ihwal keterbatasan nakes dalam penamganan Covid-19, Rita mengatakan, terdapat dua opsi yang dapat dilakukan. Pertama, mengoptimalkan nakes yang ada semaksimal mungkin. Menurut dia, manajemen RSUD dr Slamet masih menganalisis kembali jumlah nakes yang akan bertugas di tempat itu ketika telah dikhususkan untuk merawat pasien Covid-19.

Kedua, RSUD dr Slamet dapat melakukan rekruitmen relawan sebagai tambahan nakes. "Ini masih dalam pembahasan," kata dia.

Rita menyebutkan, rencana menjadikan RSUD dr Slamet sebagai RS khusus penanganan pasien Covid-19 diambil lantaran BOR RS sudah sangat tinggi. Ia mengatakan, saat ini BOR di seluruh RS di Garut sudah mencapai 92 persen. 

Sementara itu, kasus Covid-19 di Kabupaten Garut juga terus mengalami penambahan signifikan. Saat ini, Kabupaten Garut juga berstatus sebagai daerah zona merah (risiko tinggi) penyebaran Covid-19. "Iya sudah masuk zona merah," kata dia.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut hingga Senin (28/6), angka terkonfirmasi positif di daerah itu berjumlah 17579 kasus, bertambah 298 kasus dari hari sebelumnya. Sebanyak 4.998 orang masih menjalani isolasi mandiri, 605 orang isolasi di rumah sakit, 11.233 orang sembuh, dan 743 orang meninggal dunia.

Ruang Isolas Desa

Di samping menjadikan RSUD dr Slamet sebagai RS khusus penanganan Covid-19, Pemkab Garut juga akan membangun tempat isolasi di desa-desa. Rudy mengatakan, pihaknya akan menyiapkan 2.000 kasur dan menyiapkan 1.000 tabung oksigen untuk di kecamatan. 

Ia mengakui, saat ini penyediaan oksigen sangat sulit. Namun pihaknya terus berusaha untuk memenuhi kertersediaan oksigen di Kabupaten Garut. Pihaknya sudah berencana membeli 2.000 -3.000 tabung oksigen, tapi hanya bisa terealisasi 1000 tabung oksigen saja. 

“Tadinya kami bisa membeli 2.000 atau 3.000 tapi barangnya tidak ada, oksigen semakin hari semakin menipis, tapi tadi RSUD sudah kontrak kembali dengan beberapa vendor supaya keadaan oksigen baik," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement