REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO—Ahram Online bersama Megawra, lembaga arsitektur dan urbanisme yang fokus pada warisan budaya, menelusuri jalan-jalan di Kairo untuk melacak warisan takbenda Al-Qahera yang tersisa. Perjalanan itu dimulai di area Imam Al-Syafi’i di distrik Hattaba, salah satu dari tiga distrik utama di pusat Kairo Lama.
Imam Al-Shafii (767-820 M) adalah pendiri sekolah yurisprudensi Islam Syafii, salah satu dari empat sekolah dominan dalam Islam Sunni. Makam sang imam memiliki model ideal khas arsitektur Fatimiyah, Ayyubiyah, dan Ottoman, dilengkapi dengan peta tur mandiri dengan kode QR untuk lebih jelasnya.
Makam Mesir, atau disebut ‘qarafa’ memiliki kisah dan keunikan sendiri yang menarik untuk diceritakan. Nama qarafa berasal dari Suku Yemini Bano Qarafa yang kuburannya berada di kawasan ini, jelas El-Ibrashy seraya menambahkan bahwa sejak abad ke-9, ada penduduk resmi di kota Mati.
“Di sini, profesi penting di distrik Al-Qarafa adalah apa pun yang ada hubungannya dengan batu nisan, dan kami memilih tempat ini karena ini adalah tempat tinggal dan tempat kerja El-Lemby, pembuat batu nisan paling terkenal di distrik ini,” jelas Pendiri Megawra May El-Ibrashy kepada Ahram Online, menambahkan bahwa di masa lalu, mereka yang dulu tinggal di Al-Qarafa adalah ulama studi agama dan nama 'ulama Qarafi' sebenarnya adalah hal yang bergengsi, seperti yang terlihat dalam buku-buku lama seperti 'Wafiat Al -Aayan' ('Obituari Orang Kaya’).
“Seperti yang saya katakan sebelumnya, pada saat kita mencapai pemerintahan Ottoman, Kubah Syafii adalah simbol politik dan banyak orang akan melakukan perjanjian [politik] di sana. Pada saat itu, segitiga kekuasaan adalah para wallis Ottoman, sisa gubernur Mamluk di Mesir, dan Ashraf (Keluarga yang merupakan keturunan Nabi Muhammad),” jelas sejarawan arsitektur itu.
Akibatnya, Kubah Syafii juga dikelilingi oleh kuburan, di mana kuburan Ottoman Wallis menghadap ke jendela utara Al-Shafii. Di sebelahnya adalah Hosh Al-Pasha, yang merupakan kuburan keturunan Mohamed Ali pasha, bersama dengan wakil Abdelrahman Katkhuda merestorasi dan membangun masjid di lokasi kubah Al-Shafii. Masjid dan kuburan keluarga Al-Bakri merupakan salah satu dari dua keluarga Ashraf yang terkuat, kata dia.
Di sini akan terlihat bahwa Ottoman mengadopsi konsep dan gaya bangunan yang sama dengan Mamluk, tetapi dalam skala yang lebih kecil, dan bentuk batu nisan dan penanda makam. Lambang mahkota pada batu nisan menandakan penghuni makam adalah perempuan sedangkan tutup kepala (turban) berarti laki-laki. Desain dan warna pada batu nisan juga cenderung berwarna-warni, biru dan emas, dengan pola tanaman merambat dan pohon sarw yang mencerminkan konsep surgawi.