REPUBLIKA.CO.ID,CIAMIS -- PT KAI (Persero) akan melakukan perawatan dan perbaikan Jembatan Cirahong mulai Kamis (1/7). Perawatan dan perbaikan diperkirakan memakan waktu selama satu bulan hingga 31 Juli. Imbasnya, kendaraan bermotor tak bisa melalui jembatan itu lantaran akan ditutup total selama proses perawatan.
Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung, Kuswardoyo mengatakan, penutupan hanya dilakukan untuk kendaraan yang biasa melintas di bawah jembatan tersebut. Sebab, akan dilakukan perawatan jembatan yang cukup besar.
"Iya memang mulai besok (Kamis) itu Jembatan Cirahong, yang biasa dipakai lalu lintas kendaraan kita tutup selama satu bulan. Banyak yang harus kita rawat, perbaiki, sehingga terpaksa itu kita tutup," kata dia ketika dihubungi, Rabu (30/6).
Menurut dia, perawatan dan perbaikan Jembatan Cirahong tak akan mengganggu lalu lintas kereta api. Pihaknya sudah membuat jadwal perbaikan, yang disesuaikan dengan jadwal perjalanan kereta api.
Ia menjelaskan, perawatan dan perbaikan akan dilakukan pada bagian atas dan bawah jembatan. Karenanya, lalu lintas orang dan kendaraan di bagian bawah jembatan tak dulu diperbolehkan.
"Itu dua-duanya kita tutup karena dua-duanya satu paket. Kalau kondisi di bawah buruk, otomatis berpengaruh yang di atas," kata dia.
Kuswardoyo mengatakan, perawatan dan perbaikan dilakukan untuk memastikan keselamatan perjalanan kereta api yang melintasi Jembatan Cirahong. Sebab, usia jembatan itu sudah lebih dari 128 tahun. Otomatis, lanjut dia, benda apapun ketika dipakai dalam kondisi lama, pasti akan rusak atau mengalami penyusutan.
Kepala Bidang Lalu Lintas, Dinas Perhungan Kabupaten Ciamis, Enda Hidayat mengatakan, pihaknya mendukung upaya perawatan dan perbaikan Jembatan Cirahong. Sebab, menurut dia, kondisi besi dan kayu di jembatan itu sudah banyak yang rapuh. Sementara, jembatan yang menghubungkan antara Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya itu juga dilalui kendaraan di bawahnya.
"Tapi kami belum menerima informasi resmi perbaikannya seperti apa, karena itu wewenang PT KAI," kata dia saat dihubungi Republika.
Rencana Penutupan Permanen
Kuswardoyo menjelaskan, perawatan yang akan dilakukan PT KAI berupa perbaikan plat baja dan mengganti paku sumbat di jembatan itu agar tetap kokoh. Namun, untuk perbaikan kayu-kayu di bawah jembatan, yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan bermotor, bukan merupakan wewenang PT KAI.
"Di sana memang ada kayunya, itu bukan di ranah kita. Kita hanya memastikan perjalanan kereta api melalui jembatan itu aman. Kayu-kayu itu entah siapa yang mengganti, apakah pemda atau masyarakat sekitar, saya kurang paham," kata dia.
Ia menambahkan, ada kemungkinan Jembatan Cirahong ke depannya tak lagi diperkenankan kendaraan bermotor apabila sudah tak dimungkinkan. Sebab, pada dasarnya jembatan itu dibangun untuk perjalanan kereta api, bukan untuk lalu lintas kendaraan bermotor.
"Ke depan, apakah kita akan menutup permanen jembatan tersebut, kita lihat besok. Kalau memang sudah tidak dimungkinkan lagi untuk menahan beban, kita akan tutup permanen untuk menghindari kecelakaan perjalanan kereta api," kata dia.
Kuswardoyo mengakui, keberadaan Jembatan Cirahong sejak dahulu memang sudah dimafaatkan masyarakat sekitar untuk sebagai jalan alternatif. Namun, bagian bawah jembatan itu dahulu hanya dilalui orang yang berjalan kaki, atau maksimal menggunakan sado.
Menurut dia, bagian bawah jembatan dengan lebar sekitar 2 meter yang melintang Sungai Citanduy itu tidak diproyeksikan untuk lalu lintas kendaraan bermotor. "Jadi tentunya beda proyeksi dan kenyataan di lapangan yang menyebabkan kondisi jembatan lebih cepat aus dan rusak," kata dia.
Salah seorang warga yang biasa melintas di Jembatan Cirahong mengendari sepeda motor, Hermansyah (32 tahun) mengaku tak setuju dengan adanya rencana menutup permanen jembatan tersebut untuk kendaraan bermotor. Sebab, akses di jembatan itu sangat membantu masyarakat sekitar untuk beraktivitas.
"Saya kalau mau ke Manonjaya (Kabupaten Tasikmalaya pasti lewat Cirahong. Kalau muter lewat Tasik itu terlalu jauh," kata warga Ciamis tersebut.
Apabila harus ditutup permanen, Hermansyah mengatakan, setidaknya disediakan jembatan alternatif lain terlebih dahulu. Dengan begitu, masyarakat sekitar tak akan terdampak dengan penutupan itu.
Salah seorang warga lainnya, Rahmat (38 tahun), juga tak setuju dengan penutupan permanen Jembatan Cirahong. Menurut dia, jalur itu sangat vital bagi masyarakat sekitar, baik yang menuju Ciamis atau Tasikmalaya. "Kalau bisa mah motor masih bisa lewat," kata dia.
Jembatan Cirahong merupakan salah satu buatan pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang dibangun pada 1893. Jembatan itu merupakan bagian dari pembangunan rel kereta api jalur selatan Jawa.
Jembatan yang memiliki panjang sekitar 202 meter itu didesain untuk perlintasan kereta api. Namun, bagian bawah jembatan itu dimanfaatkan masyarakat sebagai alternatif jalan antara Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, dan Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Melansir informasi dari laman Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat, tidak ada angkutan umum roda empat resmi yang melewati jalur Jembatan Cirahong. Kendaraan yang melintas umumnya merupakan angkutan pribadi.
Terdapat petugas, yang merupakan warga sekitar, yang mengatur lalu lintas kendaraan di Jembatan Cirahong. Sebab, kendaraan yang hendak melalui jembatan itu harus melintas secara bergantian lantaran lebar jembatan hanya bisa dilewati satu kendaraan roda empat.
Warga dari daerah Manonjaya mengatur arus masuk kendaraan dari pintu jembatan sebelah selatan atau pintu dari arah Manonjaya. Sedangkan warga Ciamis mengatur lalu lintas dari arah utara. Petugas di jembatan itu biasanya berjaga bergantian selama 24 jam. Mereka mendapatkan upah dari sopir atau warga yang melintas di Jembatan Cirahong secara sukarela.