Kamis 01 Jul 2021 11:39 WIB

Keamanan Siber Bagi 10,2 Juta UMKM Krusial

Kejahatan siber dapat mengakibatkan kerugian material maupun nonmaterial.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ferry kisihandi
Peserta pameran menata produk saat pameran UMKM di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021).
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Peserta pameran menata produk saat pameran UMKM di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) mendorong keamanan siber bagi 10,2 juta pelaku UMKM Indonesia di jagat digital sekarang ini. Wakil Ketua Umum AFTECH, Marshall Pribadi mengatakan, semua pihak berkepentingan untuk memetakan tantangan-tantangan atau gangguan-gangguan yang UMKM hadapi terkait keamanan siber.

"Perlu juga mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai apa yang dapat dilakukan, baik itu secara mandiri maupun berkolaborasi, untuk memperkuat keamanan siber perusahaan agar tidak menjadi korban kejahatan siber," katanya dalam keterangan, Rabu (30/6).

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia selama lebih dari setahun terakhir, telah mengubah pola interaksi masyarakat serta cara bisnis beroperasi. Data Kementerian Koperasi dan UKM RI (2020) menunjukkan, selama 2020 terdapat sekitar 10,2 juta UMKM yang menggunakan teknologi digital dalam kegiatan usahanya. 

Angka ini meningkat kurang lebih 13 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya. Di satu sisi, kata Marshall,  pemanfaatan teknologi digital memungkinkan pelaku UMKM tetap terhubung dengan konsumen dan dapat menjangkau konsumen baru serta meningkatkan pendapatan.

Namun adaptasi digital juga memiliki risiko, diantaranya risiko siber seperti penipuan online, peretasan, pemalsuan identitas, dan bocornya data konsumen. Kejahatan siber dapat mengakibatkan kerugian material maupun nonmaterial bagi pelaku usaha UMKM.

Menurut Marshall, jumlah kejahatan siber yang terjadi di seluruh dunia sejak 2020 terus meningkat. Karena itu, perhatian atas keamanan siber tidak hanya penting bagi perusahaan-perusahaan besar berskala nasional dan global, juga penting bagi UMKM. 

Statistik yang dirilis Fundera menunjukkan,  pada 2020, 43 persen dari total serangan siber yang terjadi ditujukan pada usaha kecil. Kesalahan manusia merupakan salah faktor terbesar yang memengaruhi keamanan siber sebuah perusahaan.

Kurangnya pemahaman atas keamanan siber juga dianggap penyebab utama masih banyak pelaku usaha, termasuk UMKM, sangat rentan terhadap kejahatan di jagat maya. Edukasi mengenai keamanan siber sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan budaya keamanan siber.

"Ini menjadi salah satu upaya penting yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak seperti perusahaan, asosiasi, dan pemerintah secara sinergis dalam rangka mencegah kerugian yang lebih besar lagi," kata Marshall.

Menurut statistik yang dirilis olehCybint saat ini 77 persen perusahaan tidak memiliki rencana mitigasi terhadap serangan siber. Menurut Marshall, ungkapan lama yang menyatakan lebih baik mencegah daripada mengobati, relevan dalam konteks keamanan siber.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement