REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi Indonesia, akan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2025. Hal ini sejalan dengan kontribusi transaksi digital sebesar 124 dolar AS atau setara Rp 1.736 triliun.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, perkembangan bank digital semakin memacu pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air.
"Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan ekonomi digital nomor satu di Asia Tenggara pada 2025, kontribusi transaksi digital 124 miliar dolar AS atau Rp 1.736 triliun," ujarnya saat acara Bank Digital, Solusi Kemudahan Bertransaksi di tengah Pandemi seperti dikutip Kamis (1/7).
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar yang dapat berkembang pada industri digital. Pertama besarnya populasi sebanyak 272 juta penduduk yang tersebar di 17 ribu pulau dan 137 juta di antaranya angkatan kerja.
Kedua, kata Wimboh, sebanyak 175 juta penduduk atau sebesar 65,3 persen populasi merupakan pengguna internet. Berdasarkan catatan Kementerian Koperasi dan UMKM, pada 2020 terdapat 129 juta penduduk Indonesia yang menggunakan e-commerce, dengan nilai transaksi sebesar Rp 266 triliun.
"Kami berharap, pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi kita semua bertransformasi melalui digital, sehingga industri jasa keuangan mampu menjadi industri yang kompetitif, memiliki ketahanan, serta berkelanjutan dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional," ungkapnya.
Dari kalangan perbankan, Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menambahkan bank digital menjadi solusi kemudahan bertransaksi di tengah pandemi.
"Digital banking satu hal yang mendobrak dunia keuangan. Masyarakat bisa membuka rekening bank lewat aplikasi,” ucapnya.
Bahkan, penyaluran kredit pun bisa dilakukan lewat aplikasi. Jadi, bank seakan punya cabang di setiap rumah yang memiliki sambungan Internet.
"Digital banking ini menjadi satu hal yang mengubah tatanan dari dunia perbankan dan dunia keuangan pada umumnya," ucapnya.
Maka itu, lanjut Wimboh, dibutuhkan strategi untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital tersebut dengan cepat. Apabila tak bergerak cepat, daya saing Indonesia diyakininya akan tergerus.
"Karena global player akan berjalan lebih cepat dari apa yang kita lakukan. Indonesia akan menjadi penonton, akan menjadi pasar dari para pelaku di luar Indonesia," ucapnya.