REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pemerintah Swiss pada Rabu (30/6) mengumumkan proposal pembelian 36 jet tempur F-35A dari perusahaan Amerika Lockheed Martin bersama dengan lima unit sistem rudal pertahanan udara Patriot dari Raytheon.
"Berdasarkan evaluasi kami, kedua sistem ini menawarkan manfaat terbanyak dengan akumulasi biaya terendah," kata Dewan Federal Swiss dalam sebuah pernyataan.
Di Swiss, keputusan pembelian besar seperti jet tempur dapat ditunda selama bertahun-tahun oleh sistem pemerintahan langsung Swiss. Artinya, proposal tersebut akan tunduk pada referendum publik.
“Mengganti armada tua F-5 Tigers dan jet F/A-18 Hornet Swiss terbukti bukan proses yang mudah. Pada 2014, para pemilih menolak rencana awal untuk membeli jet Gripen dari produsen Saab Swedia,” kata Swissinfo, outlet online Swiss.
Armada pesawat Angkatan Udara Swiss saat ini akan mencapai akhir masa pakainya pada 2030.
"Ketika membuat keputusan, kami juga memperhitungkan ketergantungan teknologi yang ada dari produsen dan negara manufaktur," kata Dewan Federal.
Dewan Federal mengatakan bahwa keputusan mereka didasarkan pada evaluasi teknis yang komprehensif terhadap empat calon pesawat tempur baru: Eurofighter Airbus, Jerman; F/A-18 Super Hornet Boeing dan F-35A Lockheed Martin, AS; Rafale Dassault, Prancis.
Sedangkan, dua kandidat untuk sistem GBAD jarak jauh yaitu SAMP/T Eurosam, Prancis; dan Patriot Raytheon, AS.
“Dalam kasus F-35A, manajemen siber sistem, keamanan arsitektur komputer, dan langkah-langkah perlindungan sibernya digabungkan untuk memastikan tingkat keamanan siber yang sangat tinggi,” kata mereka.