REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Setelah meningkatnya aksi pemberontakan yang dipimpin Taliban di Afghanistan, Amerika Serikat (AS) pada Rabu (30/6) mendesak kelompok itu untuk mengakhiri kekerasan yang sedang berlangsung dan kembali ke meja perundingan.
Ross Wilson, perwakilan Washington di ibu kota Kabul, mengatakan dalam serangkaian cuitan di Twitter bahwa laporan langsung tentang serangan Taliban telah dilaporkan di berbagai bagian negara itu.
“Kami menyerukan kepada Taliban untuk mengakhiri kekerasan yang sedang berlangsung dan kembali ke meja perundingan”, bunyi cuitan Dubes AS untuk Afghanistan.
Dia juga mengutip Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri, yang mengatakan pada pekan lalu, “Dunia tidak akan menerima pemaksaan … di Afghanistan.”
Komando Pusat AS pada Selasa (29/6) mengumumkan mengambil 896 muatan material dari Afghanistan melalui Boeing C-17 Globemaster III sebagai bagian dari rencana Presiden Joe Biden yang akan selesai pada September.
“Selain itu, AS telah secara resmi menyerahkan enam fasilitas kepada Kementerian Pertahanan Afghanistan. Kami mengantisipasi transfer tambahan pangkalan dan aset militer di masa depan yang akan mendukung ANDSF/GIRoA (Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan/Pemerintah Republik Islam Afghanistan) saat mereka bekerja untuk menstabilkan dan mempertahankan negara mereka,” kata CENTCOM.
Di tengah kekerasan yang terjadi di Afghanistan, Kementerian Pertahanan negara itu mengklaim 166 Taliban tewas dan 82 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir selama serangan kontra-terorisme di berbagai provinsi. Setelah penarikan pasukan AS, Taliban mulai melakukan serangan secara nasional, menguasai lebih dari 50 distrik di sana.