'Perlunya Gerakan Bersama Tokoh Agama Perangi Covid-19'

Red: Fernan Rahadi

Ilustrasi Kasus Covid-19 Naik
Ilustrasi Kasus Covid-19 Naik | Foto: republika/mardiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 belum juga mereda hingga saat ini. Bahkan akhir-akhir penyebaran Covid-19 semakin merejalela. Ironisnya, di tengah pandemi yang cukup hebat ini, muncul gerakan antivaksin dan isu konspirasi yang membuat penyebaran Covid-19 malah semakin tinggi. Untuk  melawan penyebaran lebih meluas lagi, perlu adanya gerakan bersama dengan melilbatkan para tokoh agama dan masyarakat untuk memberikan teladan kepada masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan (prokes).

"Saya melihat merebaknya wabah pandemi Covid-19 di Indonesia ini berbarengan dengan menguatnya pengaruh era  post truth, pasca-kebenaran. Di mana kebohongan, prasangka, emosi, ini justru menyaru sebagai kebenaran," ujar Tokoh Pemuda Nahdlatul Ulama (NU), Adnan Anwar, Kamis (1/7).

"Sehingga yang terjadi hingga saat ini, berita hoaks malah lebih dipercaya oleh orang-orang itu daripada data dan fakta yang ada sebenarnya," katanya.

Menurutnya, masyarakat harus terus diberikan pengertian bahwa wabah Covid-19 adalah musibah yang mengglobal. Di mana virus ini akan menyerang siapa saja, tidak melihat umur, jabatan, gender, agama ataupun aliran. Dan karena Indonesia ini adalah negara yang berbasis agama terbesar di dunia, maka perlu peran tokoh agama untuk masuk memberikan edukasi bagi umatnya.

"Peranan tokoh agama baik itu para kiai, pendeta, bedande dan tokoh agama lainnya ini sangatlah penting dalam mensosialisasikan mengenai bahayanya Covid-19. Tokoh agama secara struktural harus masuk dalam tim gugus tugas, agar mampu memberikan penerangan dan pengertian hingga level grass root," ujar Adnan.

Oleh sebab itu, pria yang juga Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional ini menyebut perlunya Sinergi Integratif antara yang ahli kesehatan, dokter spesialis, ahli virus, ahli sosiologi masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, TNI/POLRI yang bekerja secara sistematis dibawah kendali Gugus Tugas yang selalu hadir dalam berbagai kegiatan masyarakat di saat pandemi ini.

"Saya melihat seperti di BNPT ada Gugus Tugas Pemuka Agama yang bertugas memberikan pencegahan paham radikal terorisme di lingkungan umat atau ormasnya masing-masing. Nah paling tidak menurut saya Guguis Tugas Pemuka Agama BNPT ini bisa diberikan peran yang lebih, bukan hanya pencegahan paham radikal terorisme saja, tetapi juga berperan memberikan pemahaman kepada umatnya dalam, melawan pandemi ini," jelasnya.

Adnan berpendapat bahwa mereka (para tokoh agama) harus turun didaerah yang tingkat resistensinya terhadap upaya pencegahan Covid-19 masih tinggi. Misalnya di Madura Raya, lalu sebagian Jawa Barat dan Banten serta beberapa daerah diluar Jawa yang kritikal seperti Sumut, Riau dan Aceh.

"Para tokoh agama harus menjelaskan dengan baik dan benar kepada umatnya agar yakin. Caranya mungkin bisa memanfaatkan teknologi misalnya mengkampanyekan melalui media sosial, karena kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk mengumpulkan para umatnya karena dapat menimbulkan kerumunan," ucapnya.

Menurutnya, edukasi ini harus terus dilakukan agar tidak terjadi salah tafsir di masyarakat dalam pilihan jenis vaksin, yang mana vaksin yang sudah ditentukan oleh pemerintah ini sudah sangat terjamin kebersihan dan kehalalannya. Karena ia menyampaikan bahwa tidak mungkin pemerintah ini mau membohongi atau mencelakakan masyarakatnya, semua pasti untuk kebaikan demi menyelamatkan masyarakatnya.

"Maka kalau ada tokoh agama yang memprovokasi umat untuk melawan pemerintah ini sebenarnya tidak benar. Mereka besar karena strategi hyperealitas media. Secara umum ulama dan masyarakat kita masih patuh pada pemerintah, karena sesuai dengan anjuran agama ‘atiullaha waatiurrosul waulil Amri mingkum’," terangnya.

Bahkan di beberapa daerah dirinya melihat masih ada tokoh agama yang belum mendapatkan arahan atau pemerintah setempat untuk bersinergi dan berperan melawan pandemi ini.

"Saya melihat ketika ulama sepuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah melakukan vaksin sendiri, lalu mereka melakukan sosialisasi sendiri dan bahkan membikin flayer kampanye sendiri dalam mencegah virus tersebut," kata mantan Wakil Sekjen Pengurus Besar (PB) NU ini.

Oleh karena itu menurutnya, pemerintah harus merubah strategi dan metode dalam penanganan pandemi yang tidak semata melalui pendekatan medical dan economic centre. Tetapi metode menyeluruh karena sudah menjalar kemana-mana.

"Saya melihat pemerintah hingga saat ini sepertinya tampak tidak memilki grand desain dalam penangan covid dengan segala eksesnya seperti melibatkan para tokoh agama. Dan sudah saatnya pemerintah melibatkan tokoh agama, apalagi situasinya saat ini grafik penyebaran virus masyarakat yang tertular semakin naik," ujar Adnan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


JK Setuju Masjid Ditutup, tapi Tetap Ada Adzan

PAN Minta Kader Sukseskan PPKM Darurat

Kebijakan Lockdown 7.000 RT Harus Jelas Mekanismenya

Klaster Kerja Bakti, 15 Warga Kota Malang Positif Covid-19

Ivermectin Diklaim Sembuhkan Pasien Covid-19 Setelah 5 Hari

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark