REPUBLIKA.CO.ID,PAINAN -- Pelaksana tugas (Plt) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pesisir Selatan, Beny Rizwan, mengatakan pencemaran lingkungan dan polusi udara tidak saja bisa disebabkan oleh limbah dan asap pabrik. Menurut Beny, polusi juga bisa oleh ulah masyarakat karena kebiasaan membakar jerami setelah musim panen.
Ancaman pencemaran udara melalui pembakaran jerami itu kata dia berpotensi bisa terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan. Karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah di Sumbar yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
"Agar kekhawatiran itu tidak sampai terjadi, maka kepada petani diminta untuk menghilangkan kebiasaan membakar jerami tersebut setelah musim panen," kata Benny, Kamis (1/7).
Ia menjelaskan, sebagai daerah pertanian, kesadaran masyarakat petani Pessel untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari pencemaran udara juga perlu terus ditingkatkan. Karena kebiasaan membakar jerami setelah panen tidak ditinggalkan, pencemaran udara akan masih tetap terjadi di daerah ini.
"Dari itu lakukanlah penanganan jerami dengan baik dan tidak dibakar," katanya.
Dia mengakui bahwa pihaknya melalui petugas akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar terus meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan supaya terhindar dari pencemaran. Karena potensi pencemaran udara akibat perilaku pembakaran jerami cukup tinggi Pemkab Pessel merasa perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat petani.