Jumat 02 Jul 2021 05:53 WIB

Mualaf Wahyu Salman, Shalawat Nabi Kembalikannya ke Islam 

Muhammad Wahyu Salman Alfarisi pernah keluar Islam dan kembali menganutnya

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Muhammad Wahyu Salman Alfarisi pernah keluar Islam dan kembali menganutnya
Foto:

Saat itu, ia masih berada di kelas dua SMA.Sewaktu mata pelajaran agama Islam, ia kadang kala tetap bertahan di kelas. Mungkin muridmurid dan guru menganggapnya biasa atau sedang malas keluar.

Akan tetapi, diam-diam Wahyu menyimpan rasa ingin tahu tentang Islam.Di luar waktu sekolah, Wahyu juga menyempatkan diri untuk membersihkan masjid dan mushala yang tak jauh dari sekitar asramanya.Ia sangat senang ketika mendengar suara azan.

Ia juga mulai belajar berpuasa Senin Kamis dan Ramadhan. Bahkan, ia pun menyisihkan uangnya untuk membeli baju koko yang sangat disukainya.

“Saya sangat senang mengenakan koko putih.Jadi, saya beli beberapa dan sering memakainya.Sem pat ditegur ibu asrama karena saya mengenakan pakaian Muslim, padahal saya merasa nyaman-nyaman saja,” katanya.

Sebelum lulus SMA, Wahyu pun makin bertekad untuk mempelajari Islam. Akan tetapi, niat untuk bersyahadat belum ada. Ia memang mulai belajar sholat, meski sempat temannya menolak untuk mengajarkannya gerakan-gerakan ibadah ini.

Wahyu tidak putus asa. Ia pun mencari teman lain yang mau membimbingnya. Baginya, lebih leluasa belajar Islam karena memang sedang menetap jauh dari keluarga angkat. Ia pun tidak pernah pulang ke Aceh ketika masa liburan sekolah.

Waktu luang dimanfaatkannya banyak-banyak untuk belajar Islam dan mencari tambahan uang. Sampai satu ketika, Wahyu bermimpi aneh.

Dalam mimpinya, ia bertemu dengan seorang wanita berparas cantik, berpakaian serbaputih.Perempuan tersebut memberi isyarat ingin menggandeng tangannya. Namun, Wahyu tak sampai menyentuhnya.

Begitu bangun, lelaki ini masih menyimpan rasa penasaran. Keesokan harinya, Wahyu bertanya kepada seorang ustadz yang juga bertugas menjaga asrama. Sang ustadz lantas bertanya soal agama dan orang tuanya. Setelah mendengar cerita Wahyu, ustadz tersebut menyimpulkan bahwa wanita itu adalah ibunya yang berbeda agama, saat itu, dengannya.

Mimpi kedua adalah Wahyu bertemu ayahnya. Namun, seperti mimpi sebelumnya, ia enggan digandeng ayahnya. Saat ditanya perihal itu, ustadz ini kembali menjelaskan bahwa kedua orang tuanya yang Muslim berbeda agama dengan Wahyu sendiri. Alhasil, kemungkinan besar doa-doanya tidak akan sampai diijabah; doa anak yang berbeda agama tidak akan sampai. 

Mereka seperti berharap agar Wahyu kembali kepada agama lamanya, yakni Islam. Dengan begitu, ia pun bisa mendoakan mereka. Sebelum (kembali) menjadi Muslim, Wahyu sangat ketakutan jika mendengar ada orang meninggal.

Sebab, ajaran agama sebelumnya, yakni agama orang tua angkatnya,meyakini bahwa ketika seseorang meninggal maka akan dilahirkan kembali. Jika sebelumnya berbuat baik, yang lahir kemudian reinkarnasi yang baik. Kalau selama hidup sering berbuat keburukan maka akan lahir kembali dengan kondisi yang lebih jelek dari sebelumnya.

Wahyu selama ini hanya beribadah fokus untuk dirinya sendiri. Tidak pernah memikirkan orang tuanya.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement