Jumat 02 Jul 2021 05:53 WIB

Mualaf Wahyu Salman, Shalawat Nabi Kembalikannya ke Islam 

Muhammad Wahyu Salman Alfarisi pernah keluar Islam dan kembali menganutnya

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Muhammad Wahyu Salman Alfarisi pernah keluar Islam dan kembali menganutnya
Foto:

Di Islam, Wahyu mulai kembali mengingat kedua orang tuanya. Saat terbangun dari mimpi-mimpi itu, Wahyu menangis sedih.

Menurut ustaz tersebut, kesedihan itu adalah jalan hidayah untuk Wahyu. Ia yakin betul, Allah menghendakinya untuk kembali kepada Islam. Wahyu kemudian belajar sholat Jumat dan diajak mengaji di sebuah majelis shalawat. 

Saat bershalawat, ada bayangan kerinduan akan Nabi Muhammad SAW. Karena itu, hatinya kian mantap untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat. Masjid At Taqwa, Batu, Jawa Timur, menjadi saksi deklarasi keimanannya.

Waktu itu, Desember 2016.Momen tersebut bertepatan dengan dirinya lulus SMA. Wahyu pun harus keluar dari asrama tempatnya menetap selama ini. Beruntung, ustadz pengawas asrama mengajaknya untuk tinggal di sebuah pondok pesantren di Malang.

“Setelah lulus, saya ingin kuliah, namun tak tahu biaya dari mana, bersyukur sejak di ponpes, Wahyu mendapatkan beasiswa S-1, bahkan dua sekaligus," jelasnya.     

Saat itu, ia hanya mendapatkan beasiswa untuk biaya sekolah sedangkan untuk biaya hidup dan kebutuhan lain tidak ada.Wahyu harus pindah meski ilmu agamanya belum cukup dia timba.

Banyak teman ponpes yang menyalahkannya karena ia pindah artinya tidak percaya dengan Allah yang Mahapemberi rezeki. Namun, prinsip Wahyu berbeda. Wahyu tidak ingin bergantung berdakwah untuk membiayai hidup, tetapi justru dengan berbisnis yang akan membiayai dakwah.

Berbagai bisnis ia lakukan karena selain ingin membantu pondok pesantren, ia juga menjadi kakak asuh bagi beberapa anak-anak yatim di panti asuhan.

"Alhamdulillah, saya bisa kirim beras untuk ponpes dan adik-adik panti asuhan, bisnis kuliner dan fotokopi saya lakukan, "ujar dia.

Dari sejak saat itu, santri di ponpes berubah pandangan tentang bisnis dan dakwah.Mereka mulai mengikuti jejak Wahyu untuk berbisnis demi mengembangkan pondok pesantren.

Menjadi Muslim, perjalanan hidupnya makin lancar. Namun, di sisi lain, hubungan Wahyu dengan keluarga angkatnya makin renggang.

Setelah memeluk Islam, teman-teman dari agama lamanya di Malang menyampaikan kabar kepada keluarga angkatnya. Tentu mereka kecewa. Tak sampai di situ, bahkan tetangga mereka pun mengucilkan orang tua angkatnya karena Wahyu memeluk Islam.

Menjadi Muslim memang memiliki banyak tantangan, apalagi ketika berhijrah.Wahyu pun mengalaminya. Dijauhi teman dan keluarga merupakan bagian dari ujian, berkaca dari perjuangan Rasulullah pun hampir sama, bahkan Rasul dilempari batu dan dihina sangat parah.

Dari kisah Rasulullah ini membuatnya makin istiqamah. Wahyu lebih fokus untuk memperbaiki sholat, membaca Alquran, dan makin berusaha untuk mengembangkan usahanya.

Dengan latar belakang sebagai sarjana pertanian dan manajemen, Wahyu pun mengembangkan usaha sayur organik. Bahkan, ia meruntuhkan hinaan orang lain dan menunjukkan bahwa anak yatim piatu bisa sukses jika berusaha.

Tak hanya beasiswa, ia pun lulus S-1 di dua tempat dan mendapatkan beasiswa ke Brunei Darrusalam untuk S-2. Namun, pandemi Covid telanjur menyerang sehingga keberangkatannya batal.

Allah memiliki rencana lebih indah.Ternyata, jodoh pasangan hidup yang lebih dahulu didekatkan. Pada Februari 2020, Wahyu melangsungkan pernikahan.

Keluarga istri pun menyambut dengan tangan terbuka kondisi Wahyu. Bagi mereka, tidak ada alasan untuk tidak menerima Wahyu menjadi bagian dari keluarganya.

Kini, Wahyu bersama istri menetap di Malang. Wahyu dan rekan-rekan lainnya juga membentuk komunitas sosial dengan berbagai kegiatan. Salah satunya adalah wakaf Alquran ke berbagai daerah.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement