REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di kota terbesar Myanmar Yangon pada Kamis (1/7), dan membakar seragam militer. Mereka juga meneriakkan seruan demokrasi setelah militer melakukan kudeta, dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
"Apa yang kita inginkan? Demokrasi! Demokrasi!" teriak pengunjuk rasa saat mereka berlari melalui jalan-jalan sambil menyemburkan asap berwarna-warni.
"Untuk rakyat! Untuk rakyat," teriak mereka.
Para demonstran membakar seragam militer sebelum bubar. Aksi protes ini merupakan yang terbesar di Yangon. Hingga berita ini diturunkan, juru bicara militer tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Militer Myanmar telah menghadapi protes dan pemogokan yang melumpuhkan sektor publik serta swasta. Selain itu, militer Myanmar juga menghadapi kebangkitan konflik di perbatasan. Otoritas militer telah mencap lawan mereka sebagai teroris.
Pada Rabu (30/6), otoritas militer membebaskan lebih dari 2.000 tahanan yang ditahan sejak kudeta. Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan, lebih dari 6.400 orang telah ditangkap sejak kudeta. Sementara jumlah korban tewas mencapai lebih dari 880.
Rencana pembebasan tahanan muncul sehari setelah pemerintah militer Myanmar menjatuhkan dakwaan terhadap 24 selebriti yang telah dinyatakan buron, karena terlibat dalam aksi pembangkangan sipil yang menentang kudeta. Aktor, olahragawan, influencer media sosial, dokter, dan guru termasuk di antara ratusan orang yang terdaftar sebagai buronan karena menentang militer.
Beberapa dari 120 selebriti yang dicari termasuk penyanyi Lin Lin dan Chit Thu Wai, aktor Phway Phway, Eaindra Kyaw Zin dan Pyay Ti Oo dan model May Myat Noe. Aktor dan model Paing Takhon, yang terkenal di Myanmar dan Thailand, ditangkap pada bulan April. Sementara aktor Pyay Ti Oo dan istrinya Eaindra Kyaw Zin menyerahkan diri.