Jumat 02 Jul 2021 17:06 WIB

Percepatan Vaksinasi Jadi Katalis Positif Pasar Domestik

Fundamental perekonomian RI masih bagus dan pelaku pasar telah banyak belajar.

Rep: retno wulandari/ Red: Hiru Muhammad
 Dosis vaksin COVID-19 yang digunakan Astrazeneca pada saat vaksinasi massal untuk penjaga toko di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Indonesia, 24 Mei 2021.
Foto: EPA/ADI WEDA
Dosis vaksin COVID-19 yang digunakan Astrazeneca pada saat vaksinasi massal untuk penjaga toko di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Indonesia, 24 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lonjakan kasus Covid-19 yang telah mencatatkan rekor baru akan memberikan dampak kepada perekonomian dan kepercayaan pasar di Indonesia. Meski demikian, PT Bahana TCW Investment Mangement (Bahana TCW) memprediksi dampak lonjakan kasus Covid-19 tidak akan berefek sedalam lonjakan pertama saat awal-awal pandemi. 

Menurut Chief Economist Bahana TCW, Budi Hikmat, secara fundamental perkonomian Indonesia masih bagus. Di sisi lain, pelaku pasar telah banyak belajar dari kejadian lonjakan kasus Covid-19 sebelumnya. 

"Selain itu, percepatan vaksinasi terhadap masyarakat Indonesia yang saat ini sedang didorong pemerintah, dipersepsikan sebagai sentimen positif oleh pelaku pasar," terang Budi melalui siaran pers yang diterima Republika, Jumat (2/7).

Budi menilai, rencana pemerintah dalam melakukan percepatan vaksinasi di Indonesia telah berada dalam jalur yang baik. Hingga akhir Juni 2021, pemerintah telah berhasil mencapai 42 juta vaksinasi Covid19. 

Diversifikasi vaksin dari berbagai produsen untuk mempercepat vaksinasi juga telah dilakukan. Terbaru Pemerintah telah mendatangkan 14 juta dosis baru vaksin Sinovac, yang akan dilanjutkan dengan kedatangan vaksin gratis Covax/GAVI, AstraZaneca dan Pfizer yang akan mulai masuk Agustus yang akan datang.

Langkah diversifikasi vaksin ini, menurut Budi, akan mampu meredam lonjakan kasus akibat varian Delta yang memiliki tingkat penyebaran lebih tinggi dibanding varian sebelumnya. Dengan didukung kecukupan pasokan vaksin, diperkirakan pada akhir tahun akan ada 181,5 juta orang yang telah divaksin. 

Budi menambahkan, kecukupan pasokan vaksin dari berbagai negara produsen dipercaya akan terjaga. Hal tersebut karena negara-negara produsen utama vaksin telah mencapai vaksinasi yang tinggi, seperti Amerika Serikat yang telah mencapai 54 persen, Inggris telah mencapai 65 persen, dan India sudah di 20 persen. "Sehingga kedatangan vaksin dari berbagai negara-negara produsen utama vaksin hingga akhir tahun akan terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan dosis vaksin di Indonesia," kata Budi. 

Sementara itu, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang akan berlaku pada 3-20 Juli 2021 diprediksi akan berdampak terbatas terhadap perekonomian dan pasar saham. Menurut Budi, sektor jasa dan ritel akan menjadi sektor yang paling terdampak PPKM tersebut.

Namun, investor telah banyak belajar dari pembatasan sosial sebelumnya dengan mempertimbangkan sektor lain yang akan membawa return yang baik selama PPKM seperti energi dan teknologi. Budi menilai, investor akan lebih merespon PPKM ini dengan mengubah strategi investasi.

Menurut Budi, penurunan ekonomi dan kinerja pasar akibat lonjakan kasus yang tinggi akan dipersepsikan cukup positif oleh pelaku pasar. Gangguan pada aktivitas ekonomi kemungkinan hanya akan terjadi selama dua bulan, setelah itu kondisi akan membaik sejalan dengan vaksinasi yang terus meningkat. "Sehingga dampaknya tidak akan siginifikan terhadap prospek ekonomi Indonesia secara umum," tutur Budi.

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement