REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan pangkalan utama militer di Afghanistan pada Jumat (2/7). Sebelumnya Presiden AS Joe Biden mengatakan, penarikan pasukan AS dari Kabul dimulai pada 1 Mei hingga 11 September mendatang.
"Semua tentara Amerika dan anggota pasukan NATO telah meninggalkan pangkalan udara Bagram," kata pejabat senior keamanan AS tanpa menyebut nama.
Militer AS telah mengoordinasikan perang udara dan dukungan logistiknya untuk perang dari pangkalan udara Bagram, yang terletak sekitar 60 kilometer utara Kabul. Penarikan pasukan itu merupakan akhir dari misi pimpinan AS di Afghanistan.
Pangkalan militer Bagram kemudian diserahkan kepada pemerintah Afghanistan. Seorang pejabat Afghanistan mengatakan, pangkalan itu akan secara resmi diserahkan kepada pemerintah dalam sebuah upacara pada Sabtu (3/7) mendatang.
Pejabat pertahanan AS Austin Miller mengatakan, komandan tertinggi AS di Afghanistan masih mempertahankan semua kemampuan untuk melindungi pasukan yang ditempatkan di ibu kota, Kabul. Sementara itu, dua pejabat keamanan AS lainnya mengatakan, sebagian besar personel militer AS kemungkinan besar akan meninggalkan pangkalan pada 4 Juli. Pasukan yang tersisa akan ditempatkan untuk melindungi kedutaan.
Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bahwa, Afghanistan harus memutuskan masa depan mereka sendiri. Ghani mengatakan, tugasnya sekarang adalah "mengelola konsekuensi" dari penarikan pasukan AS.
Pemerintah Afghanistan, Taliban, dan pemerintahan AS di bawah mantan Presiden Donald Trump mencapai kesepakatan untuk menarik pasukan asing dari Kabul. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan perdamain di Afghanistan.
Sebagai imbalan atas penarikan AS, Taliban telah berjanji akan mencegah terorisme internasional dari tanah Afghanistan. Mereka juga berkomitmen untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan.