Jumat 02 Jul 2021 18:33 WIB

BUMN Asuransi Antisipasi Perubahan Pasar Industri

Setiap perusahaan harus bergerak cepat dalam menilai kemampuan analitik datanya

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re berkomitmen melakukan percepatan transformasi dalam mengantisipasi perkembangan pasar industri asuransi.
Foto: istimewa
PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re berkomitmen melakukan percepatan transformasi dalam mengantisipasi perkembangan pasar industri asuransi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re berkomitmen melakukan percepatan transformasi dalam mengantisipasi perkembangan pasar industri asuransi.

Direktur Pengembangan Manajemen Risiko dan Kepatuhan Indonesia Re, Puteri Eka Sukmawati, mengatakan, perubahan pasar menjadi tantangan bagi BUMN asuransi untuk mampu beradaptasi. Puteri menyebut Indonesia Re saat ini sedang fokus dalam penilaian kemampuan analitik data. Hal ini disampaikan Eka saat diskusi bertajuk "Data Driven Enterprise" dalam acara peresmian Indonesia Insurance and Pension Fund Learning Institute (IIPFLI) dan Indonesia Insurance and Pension Fund Research Institute (IIPFRI), beberapa waktu lalu.

"Setiap perusahaan harus bergerak cepat dalam menilai kemampuan analitik datanya dan memetakan arah transformasi ke perusahaan berbasis data," ujar Eka dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (2/7).

Eka mengatakan akselerasi transformasi menjadi bagian penting dalam merespons perubahan perilaku pelanggan dan peluang pasar yang terus bergerak seiring perkembangan teknologi. Eka menilai perkembangan data saat ini sangat penting yang big data menjadi tulang punggung untuk menganalisa strategi bisnis yang lebih efektif.

"Hal yang membuat tren pasar berubah lantaran perilaku pembelian konsumen yang juga berubah. Big data berperan penting bagi dunia usaha dalam memahami kondisi pasar yang selalu berubah akibat perilaku konsumen yang juga terus berubah," ucap Eka.

Eka mengungkapkan peranan big data dalam memahami perubahan kondisi dan tren pasar saat ini yang dengan mudahnya dapat berubah sewaktu-waktu. Kata Eka, data saat ini dianggap sebagai new oil, atau bahkan lebih berharga daripada minyak. 

"Namun begitu, masih banyak data yang tersedia sifatnya sama seperti minyak mentah, yang mana data tersebut belum lengkap dan kurang akurat. Oleh karenanya, sebuah data baru bisa disebut sebagai new oil apabila sudah melalui proses data analitik untuk menjadikan data tersebut menjadi lebih akurat," kata Eka.

Dalam acara ini, Kementerian BUMN juga meresmikan pembentukan institut pembelajaran dan riset (learning and research institute/LRI) Indonesia Insurance and Pension Fund Learning Institute (IIPFLI) dan Indonesia Insurance and Pension Fund Research Institute (IIPFRI). 

Lembaga ini terdiri atas Indonesia Financial Group (IFG), PT Taspen (Persero), PT ASABRI, PT Asuransi Jiwasraya (Persero), dan PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re. Selain IIPFRI dan IIPFLI, Kementerian BUMN juga membentuk 11 klaster lainnya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement