REPUBLIKA.CO.ID,, JAKARTA - Semua agama yang ada di muka bumi, dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi umat manusia. Sebab agama bukanlah sebagai sumber masalah, namun merupakan solusi dalam menyelesaikan masalah yang ada.
Demikian diutarakan Ketua Yayasan Indonesia Damai Mengaji, Komjen Pol. (Purn). Dr. (H.C) Syafruddin, M.Si saat membuka acara Webinar Kerukunan Bergama dan Berbangsa Ditinjau Dari al-Quran, al-Kitab, Wedha dan Tripitaka, Jumat (2/7).
Diskusi menghadirkan tokoh-tokoh agama di Indonesia, antara lain Pdt. Brigjen TNI (Purn). Drs. Harsanto Adi S.M.M, M.Th, Assoc. Prof. Dr. Menachem Ali, Rm. FX. Wahyu Tri Wibowo, Pr
Biksu Nyanabandhu Shakya (Dr. Bumansah, M.Pd), Prof. Dr.I Gede Itana, M.Sc, dan Ust. Das’ad Latif, Ph.D.
Menurut Syafruddin, kini datang masalah baru yang dihadapi umat beragama, yaitu pandemik covid-19 yang meletakkan kita di dalam suatu tatanan baru. Selain itu, tekhnologi yang kian maju pun menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa ini.
“Hal ini menjadi tantangan umat beragama untuk dapat fokus di dalamnya dan menemukan solusi. Ilmu dan teknologi jika tidak kita hadapi dengan pikiran jernih maka akan menimbulkan hal-hal yang negatif, seperti masalah konflik fisik,” ujar Syafruddin.
Ulama dan toloh-tokoh agama agar menjadi panutan dan menyampaikan pencerahan kepada umatnya masing-masing. Bagaimana menjadikan agama sebagai solusi masalah apapun di muka bumi ini.
Sementara itu, Prof. Dr.I Gede Itana, M.Sc mengutarakan, dalam agama Hindu terdapat dua tugas utama yaitu Dharma agama dan Dharma Negara. Keduanya tidak boleh dikotomikan, melainkan harus berjalan seiringan
Dia juga mengatakan, dalam kitab-kita weda, jelas sekali toleransi dan penghargaan kepada orang lain apapun kepercayaannya merupakan hal yang sangat mendasar. Bisa dilihat pada candi dan pura Hindu, pasti ada sesembahan dewa selain Hindu sebagai tanda sebagai agama yang sangat penuh toleransi.
Pada agama hindu, kami tidak pernah “memerekakan” pemeluk agama lain. Melainkan kekitaan. Kami memanggil saudara muslim kami dengan sebutan saudara kita yang Istilahnya disebut “nyame”. Kami memanggil nyame Islam.
Sementara itu, Biksu Nyanabandhu Shakya (Dr. Bumansah, M.Pd) mengatakan, Budha mengatakan bahwa umatnya harus hadir dengan cara pandang yang tidak diskriminatif walaupun dengan berbagai macam perbedaan. Dalam salah satu khotbah Budha, kita harus mampu menghadirkan diri kita tanpa mengharap orang lain celaka.
Menurut Bumansah, Pilar asoka adalah bagaimana memunculkan ajaran Budha tentang toleransi. Dengan membantu agama Budha, maka kita tidak akan merugikan agama lain.
Pendekatan-pendekatan yang diberikan Budha sangat mendasar dan mencerminkan dengan tanpa kekerasan. Budha menentang perbedaan status sosial yang ada di masyarakat.