REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA--Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan tindakan segera untuk membendung penyebaran cepat Covid-19 di seluruh Afrika. Laporan terbaru menyebut, kasus Covid-19 di wilayah itu meningkat 25 persen setiap pekan selama enam pekan terakhir.
Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, memperingatkan, kian merebaknya penyebaran varian Alfa, Beta, dan Delta yang lebih menular, meningkatkan ancaman pandemi di seluruh benua ke tingkat baru. "Kecepatan dan skala gelombang ketiga Afrika tidak seperti yang pernah kita lihat sebelumnya," katanya, dikutip laman Voice of America, Sabtu (3/7).
Moeti mengungkapkan kasus Covid-19 di Afrika meningkat dua kali lipat setiap tiga pekan. Pada awal gelombang kedua, peningkatan terjadi dalam kurun satu bulan. Hampir 202 ribu kasus tercatat di Afrika dalam enam pekan terakhir. Benua tersebu hampir melampaui pekan terburuk dalam pandemi ini.
Pada periode yang sama, WHO melaporkan kematian telah meningkat sebesar 15 persen di 38 negara Afrika menjadi hampir 3.000. Lonjakan itu sebagian besar disebabkan varian Covid-19 yang sangat menular dan telah menyebar ke puluhan negara. Varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India, telah ditemukan di 16 negara Afrika. Delta dilaporkan telah menjadi strain dominan di Afrika Selatan.
Moeti mengatakan lebih banyak orang jatuh sakit dan membutuhkan rawat inap, bahkan mereka yang berusia di bawah 45 tahun. Dia mengungkapkan bukti berkembang bahwa varian Delta menyebabkan penyakit yang lebih lama dan lebih parah.
Dengan masih minimnya vaksinasi di Afrika, Moeti mengatakan penting bagi orang untuk mempraktikkan langkah-langkah kesehatan masyarakat. Hal itu termasuk memakai masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Menurut Moeti, dengan panduan WHO, negara-negara di Afrika telah mengambil tindakan untuk menekan penyebaran wabah Covid-19. Semua negara yang menghadapi peningkatan kasus telah menerapkan pembatasan, termasuk dalam perkumpulan.
“Mereka (negara-negara) menggunakan pendekatan berbasis risiko yang diinformasikan epidemiologi lokal, dalam upaya untuk menghindari penguncian nasional yang kita tahu menyebabkan kerusakan besar untuk mata pencaharian, terutama untuk rumah tangga berpenghasilan rendah,” kata Moeti.
Moeti mendesak negara-negara untuk berbagi dosis berlebih mereka untuk membantu menutup kesenjangan vaksin di Afrika. Afrika, kata dia, tidak boleh dibiarkan mendekam dalam pergolakan gelombang Covid-19 terburuknya.