Ahad 04 Jul 2021 15:43 WIB

SYL ke Penyuluh: Nilai Tukar Petani Harus Naik ke Level 105

Mentan SYL menyebut Nilai Tukar Petani salah satu indikator kesejahteraan

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kementerian Pertanian RI berbicara dengan penyuluh pertanian. Syahrul Yasin Limpo meningkatkan angka NTP membutuhkan peran penyuluh yang mahir dalam membina petani secara teknis. Karena itu, pihaknya secara khusus meminta Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) untuk mempersiapkan pelatihan bagi penyuluh dengan lebih luas.
Foto: Kementan
Kementerian Pertanian RI berbicara dengan penyuluh pertanian. Syahrul Yasin Limpo meningkatkan angka NTP membutuhkan peran penyuluh yang mahir dalam membina petani secara teknis. Karena itu, pihaknya secara khusus meminta Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) untuk mempersiapkan pelatihan bagi penyuluh dengan lebih luas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, meminta kepada para jajarannya untuk bekerja keras menaikkan nilai tukar petani ke level 105 poin. NTP saat ini menjadi salah satu indikator kesejahteraan petani. Karena itu, pemerintah harus terus mendongkrak NTP demi petani yang lebih sejahtera.

"Saya (menjabat) mulai dari 99 poin. Sekarang sudah 103 poin, kita harus kasih naik ke 105. Harus bisa dan saya harap Indonesia bisa menembus 10 besar dunia," kata Syahrul, Ahad (4/7).

Ia mengatakan, meningkatkan angka NTP membutuhkan peran penyuluh yang mahir dalam membina petani secara teknis. Karena itu, pihaknya secara khusus meminta Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) untuk mempersiapkan pelatihan bagi penyuluh dengan lebih luas.

"Berapa yang harus dilatih? Satu juta orang. Kalau dulu tidak bisa karena setiap latihan maksimal 400 orang. Sekarang bisa dengan memanfaatkan fasilitas digital,"  katanya.

Lebih lanjut, Syahrul menuturkan, meningkatnya NTP tentu akan selaras dengan meningkatkan kemampuan petani dalam budidaya setiap komoditas. Hal itu diharapkan berujung pada kemampuan para petani lokal untuk mengekspor komoditas pangan.

Alasannya pasar komoditas pangan asal Indonesia sangat terbuka di seluruh dunia seiring meningkatkan kebutuhan pangan dunia. Syahrul pun meminta agar jajarannya hingga level terbawah bekerja lebih cepat sehingga akselerasi petani bisa terlihat nyata.

"Pelan-pelan petani pasti bisa ekspor. Badan Litbang juga harus berperan menemukan varietas-varietas baru yang lebih unggul. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement