Ahad 04 Jul 2021 16:34 WIB

Sebanyak 91 Persen Anak-anak di Gaza Alami Trauma 

Serangan Israel di Gaza Mei lalu sebabkan anak-anak Gaza alami trauma

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Palestina berkibar di atas gedung-gedung yang rusak berat akibat serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Sabtu, 5 Juni 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza.
Foto: AP/Felipe Dana
Bendera Palestina berkibar di atas gedung-gedung yang rusak berat akibat serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Sabtu, 5 Juni 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA— Data terbaru dari Badan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania menyebut sembilan dari 10 anak di Jalur Gaza mengalami trauma. Kondisi ini terjadi setelah serangan Israel pada Mei lalu. 

Dilansir dari Wafa News, dalam laporan baru yang dirilis hari ini, Euro-Med Monitor mendokumentasikan penderitaan dua kelompok paling rentan di Jalur yang terkepung, yakni wanita dan anak-anak.  Laporan yang berjudul One War Older, menyebutkan bahwa sekitar 50 persen dari dua juta orang di Jalur Gaza adalah anak-anak di bawah 15 tahun, dan 49 persen adalah perempuan 

Baca Juga

Organisasi tersebut mengindikasikan bahwa selama konflik terakhir di Jalur Gaza, Israel melakukan serangan yang tidak proporsional terhadap lingkungan permukiman padat penduduk dengan mayoritas dihuni anak-anak dan wanita. 

Selain banyaknya kematian dan cedera di antara anak-anak dan perempuan, Euro-Med Monitor mengatakan bahwa 241 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat pengeboman. Termasuk sekitar 5.400 anak kehilangan rumah mereka (hancur total atau rusak parah), dan  42 ribu anak rumahnya rusak sedang.   

Laporan itu muncul setelah lebih dari lima pekan penelitian lapangan oleh tim Euro-Med Monitor, yang mendokumentasikan ratusan kasus penargetan langsung rumah-rumah sipil yang berisi sejumlah besar perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza. 

Euro-Med Monitor menunjukkan, 72 ribu anak-anak mengungsi ke sekolah UNRWA atau rumah kerabat selama serangan Israel, sementara lebih dari 4.000 anak tetap mengungsi hari ini. 

Mariam Dawwas, seorang peneliti lapangan di Euro-Med Monitor, mengatakan bahwa dia dan tim lapangan mendokumentasikan ratusan kasus penargetan langsung warga sipil di rumah mereka. 

Serangan skala besar dan ganas yang disebut belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza.

“Tidak ada banyak perbedaan dari tiga serangan militer sebelumnya di Gaza, kecuali satu hal;  Hari ini saya termasuk di antara mereka yang saya dokumentasikan dan foto.  Saya berlari bersama mereka dan berteriak mencari putri kecil saya dan meninggalkan rumah saya setelah jet tempur Israel menargetkan gedung itu," kata dia.  

 “Hari ini, putri saya yang berusia tiga tahun, Sophie, dan saya masih berusaha untuk hidup normal sambil mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD) seperti sebagian besar penduduk Gaza,” tambahnya. 

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa hampir 2.500 wanita hamil yang akan melahirkan dalam tiga bulan ke depan dapat mengalami komplikasi saat melahirkan. Kemungkinan sebagai efek langsung atau tidak langsung dari serangan Israel. 

Tercatat juga Enam puluh enam anak dilaporkan tewas dalam pemboman Israel di Gaza dalam 11 hari, sementara sedikitnya 470 anak-anak dan 310 wanita terluka.  

Mei lalu, Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengeluarkan laporan pertamanya tentang serangan militer Israel di Gaza, berjudul "Neraka Tak Terhindarkan", yang mendokumentasikan kasus-kasus penargetan massal keluarga dan infrastruktur.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement