Ahad 04 Jul 2021 19:04 WIB

Jalan Berliku Cinta Zainab Putri Nabi Muhammad SAW (1)

Zainab menikah pertama kali dengan Abu Al Ash bin Rabi

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Zainab menikah pertama kali dengan Abu Al Ash bin Rabi. Ilustrasi
Foto: Mgrol120
Zainab menikah pertama kali dengan Abu Al Ash bin Rabi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, – Zainab merupakan putri sulung Nabi Muhammad SAW. Kisah cinta Zainab adalah yang paling berliku dibandingkan empat saudaranya. Zainab harus mencintai, kehilangan, sampai mencintai lagi. 

Dia menikah dengan seorang pria kaya dari Syam bernama Abu Al Aash bin Rabi. Namun, saat Islam datang ke Makkah, kondisi membuat pernikahan Zainab harus dihentikan karena berbeda keyakinan.

Baca Juga

Suami yang penyayang

Karena Islam masih belum diterima kaum Quraisy, ini menjadi tantangan bagi pasangan Zainab dan Abu Al Aash. Di tengah kondisi ini, Abu Al Aash tetap toleran seperti anggota keluarga Nabi lain. Sayangnya, toleransi adalah alasan bagi orang-orang Arab yang menentang ajaran Islam. Mereka menjanjikan Abu Al Aash pernikahan pilihannya dengan pengantin wanita lain yang lebih cantik dan kaya jika dia mengakhiri pernikahannya dengan Zainab.

Tentunya Abu Al Aash tidak pernah mendengarkan saran mereka. Dia sangat mencintai istri, ibu mertuanya Khadijah, dan Nabi Muhammad. Dalam semua kesulitan yang mengelilingi mereka, Abu Al Aash tetap menikah dengan Zainab.

Para penentang Nabi seperti Abu Jahal dan Abu Lahab memutuskan untuk memberantas kaum Nabi Muhammad. Mereka memboikot para Muslim dari terlibat dalam kontrak apa pun dengan suku non-Muslim mereka. 

Selama tiga tahun, kaum Muslim awal kehilangan kekayaan mereka kepada non-Muslim karena mereka tidak dapat berdagang. Kesehatan mereka memburuk karena mereka tidak mampu membeli makanan. 

Kondisi ini sangat sulit bagi Zainab. Seorang Muslim yang masih berada di antara non-Muslim dan masih mencintai suaminya. Dia dipisahkan dari orang tuanya, saudara-saudaranya, dan teman-temannya. 

Lebih dari setahun kemudian, umat Islam bermigrasi ke Madinah untuk memulai peradaban pertama. Zainab sendirian lagi di tengah lautan orang-orang kafir dan menikah dengan seorang pria yang tidak berbagi cintanya pada Islam.

Pesan untuk Zainab

Dilansir About Islam, Ahad (7/4), Pertempuran Badar menandai pertempuran adil pertama antara Muslim dan non-Muslim ketika yang pertama berusaha untuk merebut kembali harta benda mereka yang telah disita selama boikot. 

Pasti mengerikan bagi Zainab mengetahui satu tentara sedang dipimpin ayahnya untuk melindungi hak-hak pengikutnya dan suaminya berdiri di garis musuh.

Hasil Perang Badar terasa pahit baginya. Ketika suaminya tidak kembali dari medan perang, dia tahu suaminya ditawan kaum Muslim dan ayahnya masih hidup dan aman.

Kembali di Madinah, Nabi Muhammad mengumpulkan uang untuk para tawanan. Satu per satu dia membebaskan tawanan. Ketika sampai pada Abu Al Aash, Nabi pucat pasi karena di uang itu ada kalung onyx, kalung milik Khadijah. 

Nabi ingat hari ketika dia memberikannya kepada Zainab, ketika dia menyerahkannya untuk dinikahkan dengan pria yang sedang menunggu kebebasannya. Dia memerintahkan agar uang dan kalung itu dikembalikan kepada putrinya yang terasing bersama suaminya.

Nabi berbicara dengan lembut kepada Abu Al Aash untuk menceraikan Zainab. Sebab, pada saat itu, sebuah wahyu menjelaskan Zainab tidak bisa lagi menikah dengan pria non-Muslim.

Abu Al Aash masih tidak bisa meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya untuk menjadi mualaf. Setelah berpisah, Zainab berangkat ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah SAW.

 

Sumber: aboutislam 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement