REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, meminta para pengusaha tabung oksigen medis maupun depot isi ulang oksigen untuk tidak berlaku aji mumpung dengan menaikan harga secara tidak wajar. Ia meminta pengusaha berempati pada masyarakat yang saat ini sedang menderita Covid-19.
"Naiknya permintaan atau omzet saja sudah untung besar kok, janganlah ditambah dengan menaikkan harga secara tidak wajar," kata Amin dalam keterangan tertulisnya, Ahad (4/7).
Ia meminta Satgas Covid-19 lebih ketat mengawasi perilaku aji mumpung sebagian pengusaha tabung gas medis dan gas medis isi ulang, dan bekerja sama dengan aparat penegak hukum. Amin mengatakan, terjadi kelangkaan tabung dan selang oksigen yang kemudian juga berdampak naiknya harga tabung secara tidak wajar.
"Di beberapa daerah, ada yang menaikkan harga hingga 3-4 kali lipat dari harga normal. Ini kan aji mumpung," ujarnya.
Amin menilai, lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir berdampak pada lonjakan permintaan tabung gas di tengah masyarakat. Keterbatasan daya tampung rumah sakit menyebabkan tingginya masyarakat terpapar Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah.
Lalu, masyarakat yang melakukan isolasi mandiri di rumah itu membutuhkan oksigen. Menurut Amin, sebagian masyarakat juga memborong tabung-tabung oksigen karena panik atau panic buying.
Politikus PKS itu juga mendesak Satgas Covid-19 dari pusat hingga daerah, mengedukasi masyarakat agar tidak perlu panik dan memborong tabung gas. "Pembelian langsung oleh masyarakat umum secara besar-besaran berdampak pada terganggunya pasokan untuk rumah sakit, khususnya tabung gas kecil. Masyarakat juga harus mendahulukan pasien Covid-19 yang memang kondisinya sudah berat," kata dia.
Untuk menjamin pasokan gas, ia juga meminta Kementerian Perindustrian memaksimalkan produksi oksigen medis sesuai kapasitasnya. Amin mengatakan, saat ini utilitas rata-rata industri gas oksigen medis baru mencapai 75 persen dari kapasitas terpasang sebesar 866.100 ton/tahun, sehingga masih ada idle capacity sekitar 216.500 ton/tahun.