Permintaan Kedelai Impor di Kudus Masih Rendah
Red: Ratna Puspita
Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pekan ini mulai turun. Namun, permintaannya masih rendah karena para pengusaha tahu dan tempe di daerah itu belum meningkatkan kapasitas produksinya. (Foto: Ilustrasi kedelai impor) | Foto: ANTARA/Aswaddy Hamid
REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pekan ini mulai turun. Namun, permintaannya masih rendah karena para pengusaha tahu dan tempe di daerah itu belum meningkatkan kapasitas produksinya.
"Harga jualnya turun sudah sejak sepekan terakhir secara bertahap. Beruntung saat ini harganya turun hingga Rp900-an menjadi Rp9.850. Bahkan beberapa hari sebelumnya sempat turun menjadi Rp9.650 per kilogram, sebelum akhirnya naik menjadi Rp9.850/kg," Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf di Kudus, Senin (5/7).
Ia menduga belum stabilnya permintaan kedelai impor karena kondisi pasar belum stabil dan daya beli konsumen juga rendah. Sebab, sejak ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat banyak pelaku usaha kuliner yang belum bisa berjualan secara normal.
Dinas Pasar Kabupaten Kudus menutup pasar tiban berskala besar ada enam lokasi, sedangkan skala kecil ada 13 tempat. Sementara jumlah pedagang di masing-masing pasar tiban cukup banyak sehingga permintaan tahu dan tempe juga menurun.
Untuk stok kedelai impor di gudang mulai meningkat menjadi 45 ton, setelah sebelumnya hanya menyediakan stok kedelai 30 ton saat permintaan menurun dan harganya juga melonjak tinggi. Sementara jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an orang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati.