REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyentuh usia 75 tahun akan terus beradaptasi dan bertransformasi untuk melayani nasabah dan menjadi bank internasional.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan proses adaptasi tersebut sejalan dengan kondisi saat ini serta menjadi tetap muda dan dinamis."Pada usia 75 tahun kami bertransformasi. Kami semakin dewasa, tetapi juga harus adaptif, memperkuat kolaborasi. Transformasi ini bukan berarti kami ikut-ikutan. Sebab, ini tidak hanya sekarang, namun kami juga melihat sampai ke depan, lima tahun ke depan, misalnya," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (5/7).
Dia juga memastikan, untuk mewujudkan transformasi tersebut, maka perseroan harus mempunyai kemampuan digital yang memadai serta daya saing yang kuat di tingkat global.
"Makanya, ada RACE (risk, agile, collaborative, dan execution). Itu tema kami dalam melakukan transformasi. Kemampuan digital dan punya daya saing global, itu jadi top priority BNI," ucapnya.
Berdasarkan sejarah, BNI dilahirkan dengan cita-cita menjadi kekuatan moneter di dunia internasional. Kini, melalui enam kantor cabang di luar negeri, BNI mendapatkan amanah dari Kementerian BUMN agar menjadi bank yang fokus pada pelayanan dan jaringan internasional.
Saat ini, BNI mempunyai jaringan kantor cabang luar negeri (KCLN) di enam pusat keuangan dunia, yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo (Jepang), New York (Amerika Serikat), Seoul (Korea Selatan), dan London (Inggris).
Dengan bank yang mempunyai cabang luar negeri terbanyak diantara bank-bank asal Indonesia lainnya, BNI fokus menjalankan bisnis perbankan internasional seperti trade finance, jasa remittance, international desk, dan financial institution.
Keinginan BNI untuk menggarap pasar internasional disokong komitmen tinggi. Buktinya, optimalisasi jaringan dan platform internasional menjadi salah satu strategi utama dalam mewujudkan visi institusi keuangan terbaik di bidang pelayanan dan kinerja berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan menambahkan sebesar 90 persen aset kredit di kantor cabang luar negeri merupakan bisnis Indonesia-related, baik perusahaan Indonesia yang go international maupun supplier dan buyer dari perusahaan top tier di Indonesia.
Menurut Henry, terdapat tiga strategic value yang dimiliki BNI untuk memacu bisnis internasional, yakni sebagai source of international funding, go global assistance, dan gate to investment.
Demi mengoptimalkan nilai strategis tersebut, BNI melakukan sejumlah pengembangan, antara lain pembentukan syndication desk dan pendirian anak perusahaan BNI Sekuritas di Singapura serta pembentukan Foreign Direct Investment (FDI) Advisory Unit.
"BNI juga telah memperkuat desk internasional dengan pembentukan Korea dan China Desk," kata Henry.
Selain itu, peran Japan Desk yang sudah ada sejak 2012 akan dioptimalkan untuk mendukung cabang Tokyo yang ditunjuk sebagai salah satu appointed cross currency dealer (ACCD) bank dalam local currency settlement (LCS) antara Indonesia dan Jepang.
BNI, lanjut dia, ikut bersinergi dengan perusahaan pelat merah lain dalam memfasilitasi BUMN menjadi pemain global dengan rencana mendirikan kantor Indonesia Incorporated di Hong Kong.
Kekuatan internasional BNI diharapkan juga berdampak pada pemberdayaan sektor UMKM. Maka itu, perseroan siap membuka tujuh hub di seluruh Indonesia untuk mengakomodasi UMKM berorientasi ekspor.