Senin 05 Jul 2021 13:50 WIB

Menkes-Menperin Bakal Konversi Oksigen Hingga 90 Persen

Kapasitas produksi oksigen nasional saat ini ada 866 ribu ton per tahun.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Hiru Muhammad
Seorang karyawan menyiapkan tabung oksigen untuk diisi ulang di Indramayu, Jawa Barat, Senin (5/7/2021). Sejak dua pekan terakhir permintaan isi ulang oksigen di tempat tersebut mengalami peningkatan hingga 300 persen seiring dengan tingginya penambahan kasus COVID-19.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Seorang karyawan menyiapkan tabung oksigen untuk diisi ulang di Indramayu, Jawa Barat, Senin (5/7/2021). Sejak dua pekan terakhir permintaan isi ulang oksigen di tempat tersebut mengalami peningkatan hingga 300 persen seiring dengan tingginya penambahan kasus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perindustrian sepakat akan mengkonversi oksigen dari industri ke medis sampai 90 persen. Ia mengatakan selama ini alokasi oksigen untuk medis hanya 25 persen.

"Kami sudah mendapatkan komitmen dari kementerian Perindustrian, kita sudah koordinasi dengan menteri perindustrian agar konversi oksigen dari industri ke medis diberikan sampai 90 persen. Jadi sekitar 575 ribu ton per tahun produksi oksigen dalam negeri akan dialokasikan untuk medis," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX yang dipantau secara daring, Senin (5/7). 

Budi menjelaskan kapasitas produksi oksigen nasional saat ini ada 866 ribu ton per tahun. Namun demikian semua pabrik itu utilisasinya hingga 75 persen. Sehingga yang riil diproduksi setiap tahun adalah 640 ribu ton. 

"Dari itu, 75 persen dipakai untuk oksigen industri seperti industri baja, nikel, smelther, kemudian juga koper smelther, itu 458 ribu. Yang medis hanya 25% 181 ribu ton per tahun," jelasnya.

Selain itu Menteri Kesehatan juga sudah berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian untuk impor tabung oksigen. Impor tabung oksigen tersebut diperlukan untuk memenuhi ruang darurat di rumah sakit. 

"Karena formatnya rumah sakit banyak menggunakan tabung, karena tambahan kamar-kamar darurat, sehingga tidak mengunakan oksigen yang sifatnya liquid, sehingga kita melihat ada sedikit isu distribusi yang tadinya kita kirim truk besar langsung masukan ke tangki besar liquid untuk didistribusikan ke jaringan oksigen, sekarang harus dilakukan dalam bentuk tabung, sehingga kita juga dengan menteri perindustrian sudah berkoordinasi untuk impor tabung yang 6 meter kubik dan 1 meter kubik untuk memenuhi ruang-ruang darurat tambahan yang ada di rumah sakit," jelasnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement