REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Asisten Sekretaris Daerah DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Tri Saktiyana, mengatakan, produksi oksigen untuk kebutuhan medis sudah tidak mencukupi akibat lonjakan kasus Covid-19. Sehingga, produsen pun diminta mengalihkan produksi oksigen yang tadinya untuk industri menjadi kebutuhan medis.
Tri menuturkan, pengalihan ini tidak mudah dilakukan dan membutuhkan waktu. Hal ini juga masih dalam koordinasi oleh pemerintah pusat dengan pihak-pihak terkait. "Dari rapat koordinasi kemarin sore (dengan pemerintah pusat), produksi oksigen untuk kesehatan sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan lonjakan oksigen. Sehingga perlu switch (pengalihan) dari yang tadinya bukan untuk medis dialihkan untuk medis," kata Tri kepada wartawan dalam jumpa pers yang digelar secara daring, Senin (5/7).
Tri menyebut, di DIY sendiri tidak ada produsen oksigen. Pasokan oksigen untuk DIY sebagian besarnya juga didatangkan dari Jawa Tengah. Namun, dengan kebutuhan oksigen yang melonjak akibat kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir, pasokan oksigen juga harus didatangkan dari provinsi lain. Seperti dari Jawa Barat dan Jawa Timur agar ketersediaan oksigen tetap terjaga di rumah sakit, terutama rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 yang ada di DIY.
"Pak Luhut (Menko Bidang Maritim dan Investasi) menyampaikan, di luar Jawa juga masih ada sedikit oksigen medis untuk dikirim ke Jawa. Tapi distribusinya membutuhkan waktu, tapi ini upaya-upaya kita mengatasi kondisi darurat dan ini perlu gotong royong," ujarnya.
Menurutnya, kebutuhan oksigen khusus untuk DIY di masa normal mencapai 20 hingga 25 ton per hari. Namun, di masa lonjakan kasus Covid-19 saat ini kebutuhan oksigen pun meningkat mencapai dua hingga tiga kali lipat.
"Setidaknya kita per hari (kebutuhannya mencapai) 55 ton oksigen. Dan ini tentu harus ada kerja sama karena kita tidak punya pabrik, baik itu dengan Jateng maupun Jatim," jelas Tri.
Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan, di saat lonjakan kasus Covid-19 saat ini, kebutuhan oksigen untuk 27 rumah sakit rujukan Covid-19 di DIY per harinya mencapai 20 ton. Kebutuhan ini meningkat dari yang sebelumnya hanya 17 ton per hari.
"Sebelumnya itu hanya cukup berkisar antara 17 ton, tapi dengan kenaikan (kasus yang signifikan) itu (kebutuhan oksigen) menjadi 20 ton per hari. Berarti ada kenaikan tiga ton per hari," kata Sultan, Ahad (4/7).
Untuk mencukupi kebutuhan oksigen di DIY, pemerintah pusat juga akan mengalokasikan penambahan pasokan oksigen. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan, disepakati bahwa pemerintah pusat akan mengalokasikan setidaknya 47,6 ton oksigen per hari untuk DIY.
47,6 ton tersebut tidak hanya kebutuhan untuk 27 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 yang ada di DIY. Namun, jumlah tersebut merupakan akumulasi kebutuhan oksigen baik itu rumah sakit rujukan Covid-19 maupun rumah sakit non rujukan Covid-19.
"Kita rapat koordinasi dengan Pak Luhut, itu menyimpulkan kondisi kenaikan pasien Covid-19. Maka diperkirakan kebutuhan oksigen di DIY baik RS Covid-19 maupun RS non Covid-19 itu 47,6 ton," kata Aji.
Selain alokasi 47,6 ton oksigen per hari, pemerintah pusat juga akan mengalokasikan tambahan pasokan oksigen sebagai antisipasi agar tidak terjadi kelangkaan oksigen di DIY. Pasalnya, kenaikan kasus Covid-19 terus terjadi secara signifikan, yang bahkan penambahan kasus harian di DIY kembali mencatatkan rekor baru pada 4 Juli dengan tambahan 1.615 kasus.
Bahkan, di RSUP Dr Sardjito juga sempat kewalahan karena ketersediaan oksigen yang semakin menipis akibat banyaknya pasien Covid-19 yang dirawat. Direncanakan, tambahan pasokan oksigen tersebut sebesar 50 persen dari 47,6 ton.
"Mudah-mudahan dengan adanya ketersediaan yang cukup, nanti kebutuhan oksigen di DIY baik untuk RS rujukan maupun RS non rujukan itu akan tercukupi," ujar Aji.