Senin 05 Jul 2021 15:04 WIB

Menangkan Kompetisi Reparasi Mobil, Siswi Ini Jadi Sorotan

Reoarasi mobil sering dianggap sebagai pekerjaan laki-laki.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas bengkel sedang memperbaiki mobil pelanggan. ilustrasi
Foto: khoirul azwar
Petugas bengkel sedang memperbaiki mobil pelanggan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Seorang siswi di China bernama Gu Huijing menjadi sorotan setelah memenangkan kompetisi memperbaiki mobil. Kompetisi ini memicu perdebatan sengit tentang batasan gender di tempat kerja dan nilai pendidikan kejuruan. 

Huijing yang merupakan siswi di Sekolah Teknik Kejuruan di Shenzhen telah unggul dibanding rekan-rekannya saat mengikuti kompetisi perbaikan mobil yang didominasi pria. Ia menjadi pemenang pertama dalam kontes di antara para siswa sekolah kejuruan di Provinsi Guandong pada April. 

Baca Juga

Itu adalah pertama kalinya seorang perempuan di Provinsi Guangdong yang mengikuti kompetisi dan memenangkan juara pertama. Huijing juga memecahkan rekor untuk kemampuannya membongkar dan merakit mesin mobil hanya dalam 26 menit, 30 detik lebih cepat dari pemegang rekor sebelumnya. 

“Banyak orang berpikir reparasi mobil adalah bidang lak-laki dan tidak cocok untuk perempuan. Ini adalah stereotip dan perempuan sebenarnya memiliki kelebihan tersendiri,” ujar Huijing dalam sebuah pernyataan melalui media sosial dilansir Asia One, Jumat (2/7). 

Huijing telah menjadi terkenal diantara banyak orang di seluruh China. Banyak yang memuji perempuan berusia 17 tahun ini sebagai seorang yang melakukan gebrakan pada stereotip gender, serta prasangka terhadap pendidikan kejuruan yang biasanya hanya ditekuni oleh para laki-laki. 

Bagi Huijing, perempuan cenderung memiliki kelebihan dalam bidang reparasi mobil, seperti lebih fokus pada detail. Ia menekankan bahwa tidak ada batasan gender di tempat kerja. 

Namun, terlepas dari bakatnya, keluarga Huijing pada awalnya tidak mendukung keputusan untuk mengambil jurusan teknologi otomotif, setelah ia menyelesaikan pendidikan menengahnya pada 2019.

Ia mengatakan bahwa orang-orang terdekatnya berpikir perbaikan mobil tidak berguna untuk anak perempuan. 

“Mereka ingin saya belajar sesuatu yang mudah untuk dikerjakan anak perempuan, sesuatu yang mengarah ke pekerjaan dengan lingkungan kerja yang nyaman, ” jelas Huijing.

Dalam sebuah studi dari Johns Hopkins Global Early Adolescent Study, stereotipe gender yang diserap pada usia muda dapat membahayakan kesehatan remaja selama sisa hidup mereka. Berdasarkan survei yang dilakukan dengan melibatkan 10.000 anak laki-laki dań perempuan yang tinggal di Cina, Indonesia, Republik Demokratik Kongo, Ekuador, dan Belgia, peneliti menemukan bahwa remaja yang menganut persepsi kesetaraan gender memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement