REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kelompok milisi pro-Iran melancarkan dua putaran serangan terhadap pangkalan pasukan Amerika Serikat (AS) di Irak. Pada Senin (5/7) sore sebuah roket menargetkan pangkalan Al-Asad dan pada malam harinya pesawat tak berawak dilaporkan menargetkan area dekat kedutaan AS.
Koalisi pimpinan AS mengatakan, berdasarkan laporan awal serangan terjadi pada pukul 14.45 waktu setempat. Pangkalan Udara Ain Al-Assad diserang dengan tiga roket. Roket mendarat di perimeter dasar. Serangan ini tidak menimbulkan korban cedera maupun meninggal. Tingkat kerusakan saat ini sedang dinilai.
Kemudian pada tengah malam, terdengar sebuah bunyi sirine yang menandai terjadinya serangan di area kedutaan AS dan fasilitas Union III di dekat kedutaan. AS meluncurkan C-RAM atau sejenis amunisi yang digunakan untuk mencoba menghentikan ancaman drone musuh.
Drone yang digunakan untuk menyerang kedutaan AS adalah sebuah quadcopter. Kataib Hezbollah dilaporkan merilis gambar yang menunjukkan silo rudal bawah tanah.
Milisi pro-Iran telah semakin sering menyerang fasilitas AS sejak 2019. Pada Desember 2019, serangan tersebut menewaskan seorang kontraktor. Kemudian pada awal 2020, beberapa anggota koalisi pimpinan AS meninggal dalam serangan.
Tahun ini telah terjadi sekitar 50 serangan terhadap AS di Irak. Serangan tersebut seringkali menargetkan Baghdad, pangkalan Al-Asad atau Erbil. Milisi pro-Iran, yang paling terkait dengan Kataib Hezbollah, semakin sering menggunakan drone untuk menyerang pangkalan AS.
AS hanya memiliki beberapa fasilitas di Irak yang terkonsentrasi, termasuk pangkalan Al-Asad, Union III di dekat kedutaan, sebuah situs di bandara dan sebuah loasi di bandara Erbil. Pada April sebuah pesawat tak berawak yang digunakan oleh milisi pro-Iran menargetkan hanggar rahasia CIA di Erbil. Pada akhir Juni, drone menargetkan area di dekat konsulat AS yang baru.
Sebagai pembalasan, Presiden AS Joe Biden memerintahkan serangan udara terhadap unit pro-Iran di Suriah. Milisi pro-Iran di Suriah kemudian menargetkan serangan terhadap pasukan AS di ladang minyak Omar pekan lalu.
Pada 4 Juli, sebuah rumor mengatakan, kelompok pro-Iran kembali menargetkan AS di Suriah. Koalisi pimpinan AS membantah serangan itu, tetapi media dan saluran pro-Iran yang terkait dengan Garda Revolusi Iran mengonfirmasi serangan tersebut.
Serangan terhadap pasukan AS di Irak meningkat dengan cepat. Serangan ini terkait dengan masalah lain di kawasan, seperti ketegangan di Suriah, termasuk kebakaran misterius di Iran, pemadaman listrik di Iran, dan negosiasi tentang kesepakatan nuklir Iran serta ketegangan Israel-Iran.