REPUBLIKA.CO.ID, SURFSIDE -- Jumlah korban meninggal akibat runtuhnya gedung apartemen di Miami, Florida bertambah menjadi 28 orang hingga Senin (5/7) waktu Amerika. Evakuasi dari sisa bangunan masih terus berlangsung untuk memperluas pencarian para korban.
Penemuan korban ke-28 diumumkan saat konferensi pers Senin sore. Sebelumnya, para pejabat melaporkan mengevakuasi tiga jasad lainnya dari reruntuhan.
Sekurangnya 117 orang lainnya dilaporkan masih hilang 11 hari setelah bangunan tempat tinggal 12 lantai runtuh di Surfside, Florida. Runtuhnya bangunan mendorong upaya pencarian dan penyelamatan yang terus berlanjut hampir sepanjang waktu, meski sempat berhenti karena cuaca buruk. Tim penyelamat melakukan pemindahan puing-puing yang berbahaya, dan pembongkaran dengan menggunakan alat berat.
Diperkirakan setengah dari bangunan apartemen runtuh pada pagi hari 24 Juni. Para petugas penyelamat dijauhkan dari bagian yang tidak stabil yang tetap berdiri untuk keselamatan mereka sendiri.
Badai Tropis Elsa di Karibia juga mengancam akan menghancurkan sisa-sisa bangunan, sehingga para pejabat memerintahkan untuk membongkar bangunan itu. "Tim pencarian dan penyelamatan telah dapat mencari semua bagian dari jaringan yang runtuh, setelah pembongkaran bangunan," kata Wali kota Miami-Dade County, Daniella Levine Cava.
Prakiraan cuaca terbaru memprediksi area Surfside akan menghindari terjangan badai pada jalur yang diproyeksikan ke utara dari Kuba. Namun hujan lebat dan badai petir tetap diperkirakan terjadi.
Tidak ada korban yang ditarik hidup-hidup dari gundukan beton yang dihancurkan, serpihan kayu dan logam bengkok sejak dini hari bencana di kota tepi laut yang berdekatan dengan Miami Beach di Florida. Namun para pejabat secara terbuka mengungkapkan harapan untuk menemukan korban selamat betapapun kecilnya kemungkinan.
Sementara kru ahli lokal dan internasional yang bergilir secara bergantian menyaring puing-puing. "Saya kagum dengan pria dan wanita dari tim gugus tugas yang terus menghadapi kondisi berbahaya dan berubah. Selama 12 hari, kebakaran, asap, dan sekarang angin dan hujan lebat, mereka melanjutkan misi dan pencarian daerah runtuh," kata Levine Cava.
"Sungguh, mereka hidup untuk menyelamatkan nyawa," ujarnya menambahkan.
Penyelidik belum menentukan apa yang menyebabkan kompleks berusia 40 tahun itu runtuh. Laporan teknik tahun 2018 menemukan kekurangan struktural yang sekarang menjadi fokus penyelidikan dalam pemeriksaan dewan juri.