REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) KH Sirril Wafa memastikan para perukyat yang bertugas memantau Rukyatul Hilal menerapkan protokol kesehatan secara ketat sesuai dengan anjuran pemerintah. Para perukyat hanya dibatasi maksimal lima orang di setiap lokasi.
“Sedapat mungkin perukyat berasal dari wilayah setempat, tidak diperkenankan lintas wilayah/kabupaten-kota,” ujarnya kepada Republika, Selasa (6/7).
Kiai Sirril Wafa menambahkan bahwa setiap instrumen rukyah cukup ditangani satu orang, demi menghindari kerumunan.
“Melihat kondisi hilal yang secara data diatas kriteria yang selama ini masih dipegangi, makan diharapkan tidak terjadi perbedaan di Indonesia. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan, ada kelompok-kelompok kecil yang boleh jadi bisa berbeda,” kata dia.
Kiai Sirril Wafa mengaku telah berdiskusi dengan Kemenag tentang pelaksanaan sidang Isbat. Ia mengungkap, Rukyatul Hilal kali ini akan digelar secara daring dan luring.
“Saya ikuti pembicaraan dengan pihak Kemenag beberapa waktu lalu secara informal, dan sidang isbat untuk awal Zulhijjah rencananya akan digelar secara daring dan luring,” ujar Dosen Ilmu Falak di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat penetapan awal Zulhijjah 1442 H pada Sabtu (10/7) mendatang. Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dijadwalkan akan memimpin langsung sidang itsbat.