Selasa 06 Jul 2021 17:29 WIB

150 Orang Tewas dalam 400 Penembakan di AS pada Akhir Pekan

Kekerasan senjata di AS meningkat

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Polisi di lokasi penembakan Amerika Serikat (ilustrasi).
Foto: Matt Stone/The Boston Herald via AP
Polisi di lokasi penembakan Amerika Serikat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Setidaknya 150 orang tewas dalam kekerasan senjata di lebih dari 400 penembakan di seluruh Amerika Serikat (AS) selama akhir pekan lalu. Data itu dikumpulkan oleh Arsip Kekerasan Senjata AS di tengah melonjaknya kejahatan kekerasan senjata di seluruh negeri.

Seperti dilansir laman CNN, data tersebut mencakup sejumlah insiden penembakan dan korban kekerasan senjata secara nasional selama 72 jam dari Jumat (2/7) hingga Ahad (4/7) yang masih terus berkembang dan akan diperbarui. Di New York, tercatat 26 korban dari 21 penembakan dari Jumat hingga Ahad.

Baca Juga

New York mencatat kekerasan senjata yang meningkat ke tingkat yang tidak terlihat selama bertahun-tahun. Data terbaru New York itu mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu ketika 30 orang ditembak dalam 25 penembakan.

Pada Ahad (4/7), kota tersebut mengalami 12 insiden penembakan yang melibatkan 13 korban. Ini meningkat dari tahun lalu ketika ada delapan penembakan dan delapan korban. Selama tahun ini, insiden kekerasan senjata di New York telah melonjak hampir 40 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020 yang mencatat 767 penembakan dan 885 korban. 

Di Chicago, 83 orang ditembak dalam penembakan yang dimulai pukul 6 sore pada akhir pekan lalu. Akibatnya, 14 orang tewas.  Di antara korban yang terluka termasuk seorang anak berusia 5 dan 6 tahun yang ditembak pada Senin (5/7) pagi. 

Salah satu dari 14 orang yang tewas adalah anggota Garda Nasional Angkatan Darat Illinois. Keluarganya mengidentifikasi di media sosial sebagai Chrys Carvajal, meskipun pemeriksa medis Cook County belum secara resmi merilis namanya.

Inspektur Polisi David Brown menginformasikan kepada wartawan tentang kekhawatiran penembakan ini. "Seperti yang telah kita lihat berkali-kali, tragisnya, orang lain menjadi sasaran dan sasaran yang tidak diinginkan, seorang anak yang tidak bersalah, diserang," ujar Brown dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (6/7).

Tidak seperti kota-kota lain yang mengalami lonjakan kejahatan kekerasan, tingkat pembunuhan di Chicago hingga Juni tercatat 2 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Jumlah korban masih 14 persen lebih tinggi. Alasan penurunan tersebut adalah Juni yang tidak terlalu diwarnai kekerasan, di mana Chicago mengalami penurunan 20 persen dalam pembunuhan dibandingkan tahun lalu (98 bukannya 78), penurunan 13 persen dalam penembakan (416 dibandingkan dengan 363) dan penurunan 8 persen dalam korban penembakan (540 dibandingkan dengan 499).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement