REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nikmatnya dunia dengan segala perhiasannya tidak jarang membuat seorang Muslim hanyut dan melupakan Allah SWT. Seakan lupa tujuan hidup seorang hamba adalah beribadah kepada-Nya di sepanjang hidupnya.
Dalam kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi, kondisi ini dijelaskan telah diprediksi oleh Nabi Muhammad SAW. Umatnya disebut memang akan ada banyak yang hanyut dalam nikmat seperti pujian hingga harta, alih-alih beribadah kepada Allah SWT.
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud RA, Rasulullah SAW bersabda:
كَمْ مِنْ مُسْتَدْرَجٍ بِالنِّعْمَةِ عَلَيْهِ وَكَمْ مِنْ مَفْتُوْنٍ بِالثَّنَاءِ عَلَيْهِ وَكَمْ مِنَ مَغْرُوْرٍ بِالسِّتْرِ عَلَيْهِ.
Artinya: "Tak terhitung orang yang hanyut dan terbuai dengan kenikmatan. Tak terhitung orang yang termakan fitnah oleh sanjungan, dan tak terhitung pula orang yang tertipu dengan aib yang terselubung."
Menurut Imam Nawawi, hadist ini dimaksudkan banyak orang yang menjadi lupa diri karena mendapatkan nikmat yang melimpah. Dan tak jarang karena mendapat banyak sanjungan, lalu orang masuk dalam jaring fitnah dan bencana.
Begitu juga banyak orang yang terperdaya dan menjadi lupa akhirat karena aibnya selalu terselubung (tidak diketahui orang lain). Kondisi ini membuatnya merasa bebas dari hukuman atau penilaian orang, padahal Allah SWT selalu melihat.
Sangat baik juga bagi seorang Muslim jika turut mengamalkan perkataan Nabi Daud AS agar mampu menghindari kelalaian mencari bekal akhirat. Sehingga usaha mendapat akhirat tetap dilakukan sambil mencari penghidupan untuk dunia.
"Hak bagi orang yang berakal itu adalah jangan terlalu disibukkan, kecuali tiga perkara, yaitu mengumpulkan bekal untuk di akhirat, berusaha (bekerja) untuk biaya hidup (di dunia), dan mencari kenikmatan dengan cara yang halal."