Selasa 06 Jul 2021 20:54 WIB

Mural Sepanjang 36 Meter Dipajang di Bandara King Abdul Aziz

Mural Sepanjang 36 Meter Dipajang di Bandara King Abdul Aziz.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Mengenal Perjalanan Haji Melalui Mural Bandara Jeddah
Foto: Arab News
Mengenal Perjalanan Haji Melalui Mural Bandara Jeddah

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH—Karya seni mural sepanjang 36 meter terpampang apik di Bandara Internasional Raja Abdul Aziz (KAIA). Mural buatan seniman Saudi Mohammed Al-Rabat ini menampilkan perjalanan peziarah sepanjang sejarah, mulai dari peziarah yang datang melalui perjalanan darat dari utara yang melewati AlUla, perjalanan laut melalui pelabuhan Laut Merah, hingga peziarah modern yang menggunakan pesawat dan tiba di bandara KAIA.

Dalam karyanya, Al-Rabat juga menggambarkan beberapa wilayah di Kerajaan, seperti perkotaan tua di Jeddah, beberapa armada tua Saudia Airlines, replika Masjidil Haram dari beragam era, dan penggambaran peradaban Kerajaan.  Mural tersebut terletak di ruang kedatangan bandara, di mana  semua wisatawan nasional dan internasional dapat dengan mudah melihat dan menikmatinya. 

Baca Juga

“Ide ini saya kembangkan setelah memutuskan untuk menggambar mural di Bandara Internasional King Abdul Aziz yang baru ketika pembangunannya dimulai beberapa tahun lalu. Ada beberapa ide, tetapi saya memilih untuk pergi dengan perjalanan haji dan saya mengerjakannya selama delapan bulan di dalam studio saya, di mana saya mewakili tahapan paling signifikan dari perjalanan haji, dari pelabuhan tua Al-Bunt hingga Bandara King Abdul Aziz. di Jeddah,” kata Al-Rabat kepada Arab News.

“Selain itu, saya menggambarkan perjalanan haji darat yang dilakukan oleh karavan jamaah haji di atas punggung unta, yang digambar di atas kanvas besar menggunakan warna akrilik serta teknik stensil dan sablon sutra, antara lain,” tambahnya. 

Dalam penggarapan, dia mengaku memasukkan beberapa fitur Jeddah lama dengan gaya arsitekturnya yang unik, seperti beberapa jendela Rowshan tua dan gerbang kota, lalu menyandingkannya dengan tampilan kota terkini. Namun dia beralih dan memilih untuk menampilkan moda transportasi lama yang digunakan peziarah di tempat-tempat suci, begitu pula dengan fitur lama Masjidil Haram, dan tampilannya saat ini untuk menunjukkan perubahan yang terjadi. 

Seniman itu mengatakan kepada Arab News bahwa tahap terakhir dari proyek membutuhkan waktu dan upaya lebih, termasuk memindahkan karya dari kanvas ke kaca berwarna setinggi 3 meter dan lebar 36 meter. “Itu bukanlah hal yang mudah,” katanya.

“Pentingnya karya tersebut bukanlah pada nilainya, melainkan nilai historisnya dan pencapaian yang mewakili apa yang telah dicapai seniman setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, eksperimen, dan praktik,” ujarnya saat ditanya mengenai filosofi dibalik karya ciptaannya. 

Ini bukan pertama kalinya mural yang menggambarkan pertemuan keagamaan yang luar biasa dipajang. Sejak kedatangan Islam, haji telah dilihat sebagai keajaiban bagi banyak seniman Barat, dengan banyak pencarian untuk memahami makna spiritual dan visualnya. Karya-karya penting termasuk "Abu Zayd tentang Haji dan Kafilah Ziarah," dilukis pada tahun 1237, lukisan gambaran rinci Louis-Nicolas de Lespinasse tentang Mekah pada tahun 1787, serta cetakan yang sangat langka yang menunjukkan prosesi peziarah yang membawa kiswah Ka'bah dalam perjalanan dari Kairo ke Makkah, ditarik oleh Syekh Yunus pada abad ke-13.

“Bandara adalah salah satu fasilitas penting di semua negara di dunia. Peran mereka tidak terbatas pada pelancong yang datang ke negara itu atau meninggalkannya. Peran mereka termasuk menyampaikan citra yang mencerminkan budaya negara, ”kata Al-Rabat.

Terinspirasi oleh karya seni yang dipamerkan di Bandara Internasional King Khalid di Riyadh 36 tahun lalu, sang seniman mengatakan bahwa ia terinspirasi untuk membuat konsep yang sesuai dengan bandara kota asalnya. “Karya seni ini dilukis pada bahan dan ruang yang berbeda dan memamerkan semua bentuk kehidupan yang ditemukan di Kerajaan. Karya seni tersebut hadir sebagai tambahan dari beberapa pameran keliling yang diselenggarakan di bandara. Ini adalah bagian dari sebuah bangunan terpadu yang mewujudkan sebuah peradaban dan menyampaikan citra negara itu pada saat kedatangan pengunjung, baik melalui gaya arsitektur bandara ini atau melalui fasilitas internal dan berbagai karya seni yang dikandungnya,” tambah Al-Rabat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement