Rabu 07 Jul 2021 00:10 WIB

Dr Fauci: 99,2 Persen Kematian Covid-19 karena tak Vaksinasi

Sementara, 0,8 persen kematian pasien Covid-19 adalah mereka yang divaksinasi.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Jika melihat jumlah kematian, sekitar 99,2 persen di antaranya tidak divaksinasi, sekitar 0,8 persen divaksinasi.
Foto: PixaHive
Jika melihat jumlah kematian, sekitar 99,2 persen di antaranya tidak divaksinasi, sekitar 0,8 persen divaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Penasihat Medis untuk Presiden AS yang merupakan Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, Dr. Anthony Fauci menyebut setidaknya ada kesamaan 99 persen dari banyak kematian Covid-19 baru-baru ini. Kesamaan itu terkait dengan vaksinasi yang saat ini tengah digencarkan di seluruh dunia.

“Jika melihat jumlah kematian, sekitar 99,2 persen di antaranya tidak divaksinasi, sekitar 0,8 persen divaksinasi,” kata dr Fauci dalam laman EatThis, yang dikutip Selasa (6/7).

Baca Juga

Fauci melanjutkan, meskipun tidak ada vaksin yang sempurna, namun dengan vaksin, kita bisa melakukan penghindaran rawat inap dan kematian. Dia tak memungkiri ada beberapa yang divaksinasi masih mendapat masalah dan dirawat di rumah sakit, lalu meninggal.

“Tetapi sebagian besar orang yang mendapat masalah adalah yang tidak divaksinasi, itulah alasan mengapa kami mengatakan ini benar-benar sepenuhnya dapat dihindari dan dicegah,” kata dia.

Dr Fauci juga memuji efektivitas vaksin untuk mencegah virus dan mengurangi penyakit. Dia menyebut, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan secara online pada 14 Juni, dari Skotlandia, ditunjukkan bahwa vaksin mRNA memiliki efektivitas sekitar 80 persen terhadap infeksi yang dikonfirmasi PCR.

“Dalam situasi ini, dua dosis AZ sekitar 60 persen efektif," kata Fauci.

Selanjutnya, dalam penelitian yang diterbitkan di medRxiv pada 24 Mei, dua minggu setelah dosis kedua vaksin Pfizer BioNTech, ditemukan 88 persen efektif melawan penyakit simtomatik dari varian Delta.

Fauci pun mengatakan vaksin mengurangi kemungkinan rawat inap. Menurut penelitian Public Health England pada 14 Juni, vaksin Pfizer BioNTech 96 persen efektif melawan rawat inap dari varian Delta setelah dua dosis. Sementara AZ 92 persen efektif melawan rawat inap setelah dua dosis.

Adapun vaksin J&J dan AZ didasarkan pada platform yang sangat mirip, orang dapat mengantisipasi dan membuat asumsi yang masuk akal bahwa hasil terhadap varian Delta setidaknya akan serupa, bahkan mungkin lebih baik. Jadi, alangkah lebih baik jika kita bisa mendapatkan vaksinasi saat tersedia untuk Anda.

Sementara, direktur CDC, Rochelle Walensky, mengatakan vaksin resmi yang diberikan adalah wujud memberikan perlindungan terhadap varian yang beredar termasuk vaksinasi Delta. Itu adalah sebuah upaya untuk melindungi individu, keluarga, dan komunitas ini, dan mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian akibat COVID-19.

"Data awal dari kumpulan negara bagian selama enam bulan terakhir menunjukkan 99,5 persen kematian akibat COVID-19 di negara bagian ini terjadi pada orang yang tidak divaksinasi,” jelas dia.

Dia melanjutkan, setiap penderitaan atau kematian akibat COVID-19 tragis dengan vaksin yang tersedia di seluruh negeri. Penderitaan dan kehilangan yang saat ini terjadi, hampir sepenuhnya dapat dihindari. Vaksin COVID tersedia dan gratis untuk semua orang berusia 12 tahun ke atas.

“Dan saya mendorong semua orang yang memilikinya. belum divaksinasi, terutama mereka yang berada di komunitas rentan dengan cakupan vaksin rendah, menyingsingkan lengan baju dan mendapatkan vaksinasi,” kata Walensky.

Dia menekankan, baik mereka yang sudah divaksin maupun mereka yang tidak divaksinasi, tetap melindungi diri dengan memakai masker dan menghindari kerumunan untuk mencegah penularan dan penyakit.                   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement