Kamis 08 Jul 2021 05:30 WIB

Mengapa Agama dan Sihir Sangat Lekat di Mesir Era Firaun? 

Sihir merupakan bagian tak terlepaskan dari masyarakat Mesir kuno

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Sihir merupakan bagian tak terlepaskan dari masyarakat Mesir kuno. Pemandangan umum Piramida Giza, di Giza, Mesir, 10 November 2020.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Sihir merupakan bagian tak terlepaskan dari masyarakat Mesir kuno. Pemandangan umum Piramida Giza, di Giza, Mesir, 10 November 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyihir di Mesir kuno bukanlah sekadar penyihir. Mereka memiliki status khusus. Beberapa firaun pun seorang penyihir. Arkeolog Mesir Zahi Hawass percaya bahwa firaun mengetahui sihir sejak lama. Pengetahuan mereka tentang sihir mendahului pengetahuan mereka tentang menulis.

Mereka telah mengenal tulisan 5200 tahun yang lalu. Kelas ilmu sihir yang paling terkenal di Mesir kuno adalah kelas pendeta tertentu yang disebut "al-Kahanah al-Murtalun. Sihir diajarkan di kuil, dan tidak semua orang diizinkan untuk mempelajarinya.

Catatan kuno berupa papirus menyimpan beberapa cerita sihir di Mesir kuno. Misalnya, seorang pendeta menemukan perselingkuhan istrinya dengan seorang pemuda, sehingga dia membuat buaya kecil dari lilin, dan menunggu sampai pemuda itu turun ke kolam, lalu melemparkan buaya lilin dan membacakan jimat kepadanya, dan buaya lilin itu berubah menjadi buaya nyata yang melahap pemuda itu.

Salah satu tokoh firaun paling terkenal yang belajar tentang sihir di Mesir kuno adalah Imhotep. Dia adalah seorang menteri di istana Raja Djoser, inovator arsitektur, dan bagi orang Yunani dia setara dengan dewa pengobatan mereka. Pada abad-abad berikutnya, Imhotep menjadi sosok suci di kalangan ilmiah.