Kamis 08 Jul 2021 07:35 WIB

Presiden Haiti Tewas Ditembak, Pelaku Pasukan Asing?

Pemerintah AS membantah bahwa DEA ada hubungannya dengan pembunuhan tersebut.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
(FILE) - Presiden Haiti Jovenel Moise menjawab pertanyaan saat wawancara di Port au Prince, Haiti, 05 Desember 2019 (diterbitkan ulang 07 Juli 2021).
Foto: EPA-EFE/JEAN MARC HERVE ABELARD
(FILE) - Presiden Haiti Jovenel Moise menjawab pertanyaan saat wawancara di Port au Prince, Haiti, 05 Desember 2019 (diterbitkan ulang 07 Juli 2021).

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Presiden Haiti Jovenel Moise ditembak mati oleh orang-orang bersenjata dengan senjata kaliber berat di kediaman pribadinya pada Rabu (7/7) dini hari. Pihak berwenang menyatakan, orang-orang bersenjata itu berbicara bahasa Inggris dan Spanyol, tampaknya termasuk orang asing.

Dalam video beredar di media sosial yang tidak dapat diverifikasi, orang-orang bersenjata yang wajahnya tidak dapat dilihat terdengar berteriak bahwa mereka adalah Badan Penegakan Narkoba Amerika Serikat (DEA). Peringatan itu terdengar ketika mereka memasuki kediaman Moise yang dijaga sebelum semburan tembakan terdengar.

Baca Juga

Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS), Bocchit Edmond, menyatakan, orang-orang bersenjata itu telah salah mengidentifikasi diri sebagai agen DEA. Dia mengatakan, pihak berwenang Haiti akan menyambut bantuan keamanan AS setelah pembunuhan itu. Sebuah sumber Pemerintah AS membantah DEA ada hubungannya dengan pembunuhan tersebut.

Setelah serangan ini, pemerintah Haiti mengumumkan keadaan darurat selama dua pekan. "Saudara-saudaraku, tetap tenang karena situasi terkendali. Pukulan ini telah melukai negara ini, bangsa ini, tetapi tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Perdana Menteri Sementara Claude Joseph dalam pidatonya dalam sambutan yang disiarkan televisi setelah memimpin rapat kabinet.

Joseph mengatakan, polisi dan tentara telah mengendalikan situasi meskipun pasukan keamanan Haiti secara luas dianggap kekurangan staf dan perlengkapan dibandingkan dengan geng-geng kriminal yang kuat. Beberapa petugas polisi tewas dalam beberapa pekan terakhir dalam upaya merebut kembali wilayah dari bandit bersenjata berat.

Jalan-jalan di ibu kota yang biasanya ramai telah sepi pada Rabu pagi, dengan semua bisnis tutup. Bandara internasional Port-au-Prince juga ditutup.

Para pemimpin di seluruh dunia mengutuk pembunuhan itu dan meminta ketenangan. "Kami siap membantu saat kami terus bekerja untuk Haiti yang aman dan terjamin," kata Presiden AS Joe Biden, mencela pembunuhan itu sebagai tindakan keji dan menyebut situasinya mengkhawatirkan.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keterkejutan dan simpati yang mendalam atas kematian Moise menjelang pertemuan tertutup pada Kamis (8/7). Badan ini diminta oleh AS dan Meksiko untuk mengevaluasi situasi.

Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) menyatakan keprihatinan bahwa kekerasan itu dapat menghambat upaya memerangi Covid-19 di Haiti. Wilayah ini menjadi satu dari sedikit negara di seluruh dunia yang belum memberikan satu suntikan vaksin virus korona.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement