REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Komando Umum Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP-GC) Ahmed Jibril meninggal dunia di Damaskus, Suriah, pada Rabu (7/7). Kelompok itu adalah salah satu kelompok milisi utama yang berperang melawan Israel pada 1970-an dan 1980-an dan baru-baru ini mendukung pemerintah Suriah dalam perang saudara.
"Dia telah mendedikasikan hidupnya untuk melayani Palestina dan garis depan dan tetap di jalurnya sampai kematiannya," ujar penyataan PFLP-GC yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat (AS).
Jibril mendirikan PFLP-GC pada 1968, setelah memisahkan diri dari PFLP pemimpin nasionalis Palestina George Habash. Pada tahun-tahun awalnya kelompok itu melakukan puluhan serangan di Timur Tengah dan Eropa, termasuk pengeboman pesawat, penculikan dan bom surat.
Menurut Lembaga Internasional untuk Kontra-Terorisme Israel, kelompok ini pun terlibat dalam pengeboman pada 1970 terhadap sebuah pesawat Swiss di udara yang menewaskan semua 47 penumpang dan awak. Mereka pun melakukan serangan pada 1972 untuk meledakkan pesawat El Al menggunakan pemutar rekaman yang dipasang jebakan.
PFLP-GC juga salah satu kelompok pertama yang menggunakan regu bunuh diri. Pada 1974, tiga anggota menyerang kota Kiryat Shemona di Israel utara, menewaskan 18 sandera sebelum mereka dibunuh oleh pasukan Israel. Pada November 1987, mereka menggunakan pesawat layang gantung bermotor untuk menerbangkan dua milisi melintasi perbatasan dari Lebanon, menewaskan enam tentara Israel.
Jibril kemudian berselisih dengan mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat dan penggantinya Mahmoud Abbas. Perselisihan ini muncul ketika perjanjian damai dengan Israel dan cara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dipimpin.
Pertukaran tahanan yang dinegosiasikan Jibril dengan Israel pada 1985 membuatnya terkenal di antara orang-orang Palestina pada saat itu. Kesepakatan itu melihat pembebasan lebih dari 1.000 tahanan, termasuk tahanan Palestina yang sudah lama bekerja, dengan imbalan pembebasan tiga tentara Israel. Di antara mereka yang dibebaskan adalah salah satu pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin.
Selama beberapa dekade, Jibril memihak pemerintah Suriah dan dikritik oleh beberapa orang Palestina karena menyejajarkan kelompoknya di belakang pasukan Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara selama dekade terakhir. Pejuang PFLP-GC bertempur bersama pasukan Suriah dalam pertempuran untuk merebut kembali kamp Yarmouk, sebuah distrik di Damaskus yang merupakan rumah bagi konsentrasi terbesar warga Palestina di Suriah.
Kelompok tersebut pun memiliki hubungan dekat dengan kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran. Hizbullah menyatakan berduka atas kematiannya.