Kamis 08 Jul 2021 09:04 WIB

Olimpiade 2020 Tokyo dalam Kondisi Darurat Covid-19

Jepang kemungkinan mengumumkan kondisi darurat baru di Tokyo karena Covid-19.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Suasana gedung-gedung tinggi di Shibuya, Tokyo, Jepang, Selasa (1/6). Olimpiade Tokyo 2020 akan tetap digelar meskipun situasi pandemi Covid-19 masih belum berakhir. REUTERS/Kim Kyung-Hoon     SEARCH
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Suasana gedung-gedung tinggi di Shibuya, Tokyo, Jepang, Selasa (1/6). Olimpiade Tokyo 2020 akan tetap digelar meskipun situasi pandemi Covid-19 masih belum berakhir. REUTERS/Kim Kyung-Hoon SEARCH

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Lonjakan kasus Covid-19 di Tokyo telah mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Hal ini membuat Pemerintah Jepang akan mengumumkan keadaan darurat baru yang akan dimulai pekan depan dan berlanjut selama Olimpiade 2020 Tokyo. Olimpiade 2020 yang tertunda akibat pandemi akan dibuka dalam waktu dua pekan ke depan, tepatnya pada 23 Juli.

Presiden IOC Thomas Bach dijadwalkan tiba di Tokyo pada Kamis (8/7). Ia akan disambut oleh meningkatnya kasus Covid-19 saat dia menjalani isolasi selama tiga hari di hotel bintang lima Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Tokyo.

Baca Juga

Keadaan darurat baru dapat menyebabkan larangan bahkan pada penggemar lokal untuk menonton langsung ke arena.  Keputusan tentang para penggemar itu diharapkan keluar pada Jumat (9/7) ketika penyelenggara lokal bertemu dengan IOC dan lainnya.

Keadaan darurat semu saat ini berakhir pada Ahad (4/7). Tokyo melaporkan 920 kasus baru pada Rabu, naik dari 714 pada Rabu lalu. Ini adalah total tertinggi sejak 13 Mei lalu di mana ada 1.010 kasus yang dilaporkan.

Perdana Menteri Yoshihide Suga bertemu para menteri utama untuk membahas langkah-langka untuk menangani lnjakan infeksi virus corona. Ia dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mengembalikan status darurat di ibu kota hingga 22 Agustus. Padahal Olimpiade berakhir pada 8 Agustus.

Suga tidak mengonfirmasi laporan itu tetapi menegaskan akan melakukan segala yang ia bisa untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Suga mengatakan dia akan membuat keputusan akhir pada Kamis setelah berkonsultasi dengan para ahli.

Fan dari luar negeri dilarang menghadiri Olimpiade bulan lalu. Tetapi hanya dua pekan yang lalu, penyelenggara dan IOC memutuskan untuk mengizinkan arena pertandingan diisi 50 persen kapasitas, tetapi tidak melebihi 10 ribu orang.

Kasus yang melonjak kemungkinan berarti bahwa venue tidak akan memiliki penggemar, meskipun sponsor dan pihak lain mungkin memiliki akses. Suasana tanpa penggemar dapat mencakup upacara pembukaan di Stadion Nasional senilai 1,4 miliar dolar AS.

“Infeksi sedang dalam fase ekspansi dan semua orang di negara ini harus benar-benar memahami keseriusannya,” kata Dokter Shigeru Omi, penasihat medis pemerintah, kepada wartawan.

Dia mendesak pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan keras menjelang Olimpiade dengan liburan musim panas yang semakin dekat.

“Periode Juli hingga September adalah waktu paling kritis untuk tindakan Covid-19 Jepang,” kata Omi.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan kepada wartawan bahwa dia mengharapkan pemerintah mengumumkan keadaan darurat di Tokyo, yang keempat untuk ibu kota sejak pandemi dimulai awal tahun lalu.

Secara terpisah, para penasihat ahli Covid-19 pemerintah bertemu Rabu dan menyatakan keprihatinan tentang kebangkitan infeksi yang sedang berlangsung.

"Dua pertiga dari infeksi di wilayah ibu kota berasal dari Tokyo, dan kekhawatiran kami adalah penyebaran infeksi ke daerah tetangga," kata Ryuji Wakita, Direktur Jenderal Institut Nasional Penyakit Menular.

Secara nasional, Jepang memiliki sekitar 810 ribu kasus dan hampir 14.900 kematian. Hanya 15 persen orang Jepang yang divaksinasi lengkap, masih rendah dibandingkan dengan 47,4 persen di Amerika Serikat dan hampir 50 persen di Inggris. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement