REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Keamanan PBB mengutuk peristiwa pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise. Mereka meminta semua pihak tetap tenang, menahan diri, dan menghindari tindakan apa pun yang dapat berkontribusi pada ketidakstabilan lebih lanjut.
“Membuat seruan tegas kepada semua pemangku kepentingan politik di Haiti untuk menahan diri dari segala tindakan kekerasan dan hasutan untuk melakukan kekerasan,” kata Dewan Keamanan PBB dalam pernyataannya pada Rabu (7/7).
Dewan Keamanan PBB juga menyerukan agar semua pelaku yang terlibat dalam pembunuhan Moise diadili. Dewan Keamanan PBB akan diberi pengarahan tentang peristiwa itu dalam pertemuan tertutup pada Kamis (8/7).
Moise dibunuh sekelompok orang bersenjata di kediamannya pada Selasa (6/7) malam. Istri Moise juga terluka serius akibat serangan itu. Kepolisian dilaporkan telah menangakap salah satu pelaku.
Menurut perdana menteri interim Haiti, Claude Joseph, Moise dibunuh kelompok komando bersenjata yang didalamnya turut beranggotakan warga asing. Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS) Bocchit Edmond mengungkapkan, saat menyerang kediaman Moise, para pelaku mengaku sebagai anggota Drug Enforcement Administration (DEA).
“Ini serangan komando yang diatur dengan baik. Mereka menampilkan diri mereka sebagai agen DEA, memberi tahu orang-orang bahwa mereka datang sebagai bagian dari operasi DEA,” kata Edmond, dikutip the Guardian.
Dia menyebut, pembunuhan terhadap Moise dilakukan para professional. “Karena penyelidikan baru saja dibuka, kami lebih memilih untuk menunggu otoritas hukum guna mempunyai penilaian lebih baik tentang situasinya. Kami tidak tahu pasti siapa (dalang) di balik kejadian ini,” kata Edmond.