REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rendahnya tingkat vaksinasi dan terlalu cepat melakukan pelonggaran protokol kesehatan menjadi faktor yang dapat membuat varian delta lebih mudah menyebar. Varian delta pertama kali teridentifikasi di India dan telah menyebar ke 90 negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan bahwa akhir pandemi akan lambat tercapai jika cakupan vaksinasi Covid-19 minim. Apalagi jika masyarakat dunia tak lagi memakai masker dan meninggalkan protokol kesehatan lainnya.
"Setiap penderitaan atau kematian akibat Covid-19 adalah tragis. Dengan vaksin yang tersedia di seluruh negeri, penderitaan dan kerugian yang kita lihat sekarang hampir seluruhnya dapat dihindari,” kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Rochelle Walensky, dikutip dari AP, Kamis (8/7).
Walensky pun menyerukan agar warga Amerika untuk segera divaksinasi. Sejalan dengan itu, Dr. Hilary Babcock dari Washington University di St. Louis mengingatkan bahwa Amerika masih rentan untuk kembali mengalami lonjakan kasus.
"Varian delta mampu mencari celah di antara proteksi yang kita lakukan," ujarnya merujuk pada lonjakan kasus rawat inap di daerah Missouri yang cakupan vaksinasinya minim dengan orang di bawah 40 tahun yang belum divaksinasi sebagai korban terbanyak.
Sementara itu, para ilmuwan meyakini varian delta sekitar 50 persen lebih mudah menular daripada jenis lainnya. Misteri di balik fenomena itu belum sepenuhnya terkuak.