REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Harga pangan dunia menurun untuk pertama kalinya dalam 12 bulan terakhir pada bulan Juni, didorong oleh anjloknya harga minyak sayur, biji-bijian sereal, dan produk susu. Hal itu dilaporkan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (8/7).
FAO, yang berbasis di Roma, juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa panen biji-bijian sereal di dunia akan mencapai angka 2,817 miliar ton pada tahun 2021, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, tetapi tetap akan mencapai rekor tahunan. Indeks harga pangan FAO, yang mengukur perubahan bulanan untuk sekeranjang sereal, minyak sayur, produk susu, daging dan gula, menunjukkan rata-rata 124,6 poin bulan lalu dibandingkan angka revisi sebesar 127,8 pada Mei. Sebelumnya, angka bulan Mei dituliskan sebesar 127,1.
Pada basis tahun ke tahun, harga naik 33,9 persen di bulan Juni.Indeks harga minyak nabati FAO jatuh 9,8 persen di bulan Juni, sebagian karena penurunan harga minyak sawit, yang terpukul oleh ekspektasi kenaikan output di produsen utama dan kurangnya permintaan impor baru.
Harga minyak kedelai dan bunga matahari juga turun. Indeks harga sereal turun 2,6 persen di bulan Juni pada basis bulan-ke-bulan, tetapi masih naik 33,8 persen dalam basis tahun-ke-tahun. Harga jagung turun 5 persen, sebagian karena hasil panen yang lebih tinggi dari perkiraan di Argentina dan perbaikan kondisi panen di Amerika Serikat.
Harga beras internasional juga turun di bulan Juni, menyentuh posisi terendah dalam 15 bulan, karena biaya pengiriman yang tinggi dan kekurangan kontainer terus membatasi penjualan ekspor, kata FAO. Harga susu turun 1 persen pada basis bulanan, dengan semua komponen indeks berkurang. Mentega tercatat mengalami penurunan terbesar, terpukul oleh penurunan cepat permintaan impor global dan sedikit peningkatan persediaan, terutama di Eropa.
Indeks gula mencatat kenaikan 0,9 persen dalam basis bulan ke bulan, mencapai level tertinggi sejak Maret 2017. FAO mengatakan ketidakpastian atas dampak kondisi cuaca yang tidak menguntungkan pada hasil panen di Brasil, pengekspor gula terbesar di dunia, mendorong harga naik. Adapun indeks daging naik 2,1 persen dari bulan Mei, dengan harga untuk semua jenis daging naik karena peningkatan impor oleh beberapa negara Asia Timur mengimbangi perlambatan pembelian daging di China.
FAO mengatakan sedikit penurunan dalam perkiraannya untuk produksi sereal dunia tahun ini terutama dipicu oleh pemotongan tajam terhadap perkiraan produksi jagung Brasil karena periode cuaca kering yang berkepanjangan yang membebani ekspektasi hasil. Prospek produksi gandum global juga turun bulan ini, karena cuaca kering di Timur Dekat merusak prospek hasil panen di sana.
Sebaliknya, perkiraan produksi beras global pada 2021 meningkat tipis. Perkiraan pemanfaatan sereal dunia pada 2021/2022 dipotong 15 juta ton dari bulan sebelumnya menjadi 2,810 miliar ton, angka yang masih 1,5 persen lebih tinggi dari pada 2020/2021. Stok biji-bijian sereal dunia menjelang akhir musim 2021/2022 kini diperkirakan akan naik di atas level pembukaannya untuk pertama kali sejak 2017/2018.
"Stok jagung yang lebih tinggi yang diperkirakan di China merupakan bagian terbesar dari revisi kenaikan persediaan sereal dunia bulan ini," kata FAO.