Jumat 09 Jul 2021 12:01 WIB

Terbayang Gus Dur di Final Euro 2020: Inggris Juara?

Inggris diunggulkan juarai Euro 2020

Red: Muhammad Subarkah
Pelatih timnas Inggris Gareth Southgate
Foto: EPA-EFE/Peter Powell
Pelatih timnas Inggris Gareth Southgate

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Piala Euro 2020 akan segera mencapai puncaknya. Kedua kesebelasan, Inggris dan Italia, akan bertarung memperebutkan posisi jawara.

Pertanyaannya kemudian, strategi apa yang akan mereka mainkan? Apakah Inggris akan setia pada ideologi sepak bola kick and rush? Ataukah Italia setia pada ideologi bertahan total dan melakukan serangan balik mendadak yang lazim disebut catenaccio?

Melihat gaya pertandingan keduanya selama putaran final Piala Euro kali ini, semua bisa berubah, minimal ada desain baru sesuai keadaan. Pelatih Italia Roberto Mancini punya rekor mengesankan dalam hal kemenangan timnas Italia selama dipegangnya. Jadi, dia terbukti menjadi juru taktik yang hebat. Dia berhasil selalu memodifikasi taktik sesuai kebutuhan timnya selama pertandingan.

Pelatih Ingris Gareth Southgate juga begitu. Ideologi sepak bola Inggris dengan kick and rush juga mengalami modifikasi. Sama dengan Italia, Inggris juga melakukan hal ini terjadi di pertandingan semifinal. Ini terlihat jelas kala timnya mengalami kebuntuan karena Denmark bertahan total ala pertahanan gerendel Italia. Mereka--memakai istilah Jose Mourinho--memarkir bus di depan gawangnya.

photo
 
Keterangan foto: Protes terhadap taktik parkir bus Jose Mourinho. - (Google.com)

 

Saat semifinal, tim Inggris melihat kenyataan. Ada begitu banyak, sampai enam pemain Denmark berjaga dengan ditumpuk di garis belakang menjaga kotak penalti. Semua pemain Denmark langsung turun ke belakang ketika mereka kehilangan bola. Yang di depan hanya menyisakan satu pemain. Taktiknya, bila Denmark berhasil mendapatkan bola maka kepada dialah umpan akan dilepaskan. Dia lalu melakukan sprint ke gawang lawan sembari melakukan tembakan keras.

Tapi, sayangnya tim Denmark tak punya lagi pemain sekelas Michael Laudrup seperti dulu. Penyerang yang bagus kali ini cedera di pertandingan sebelumnya. Maka, Denmark terlihat memaksakan diri melakukan strategi bertahan total. Keinginan mereka untuk adu penalti karena merasa unggul kualitas kiper tak kesampaian. Tim ini menerima hukuman tendangan penalti pada waktu krusial, yakni kala waktu perpanjangan pertandingan.

Lalu, apa yang terjadi dalam pikiran pelatih Inggris kala itu? Bila melihat komentator dari siaran langsung televisi Rusia di Euro 2020, terlihat Gate sangat menyadari paham apa yang terjadi di lapangan saat timnya bermain. Dia melihat fenomena parkir bus di area penalti Denmark pada 30 menit terakhir.

Pada situasi seerti itu, pasti dia menginstruksikan agar pemainnya -- mau tidak mau --  harus memfokuskan serangan di kawasan kotak 12 pas. Bola akan dialirkan ke arah sana dan pemain Inggris fokus bermanuver di area itu. Denmark saat itu memang tengah memainkan skema taktik pertahanan grendel dan serangan balik (catennacio) gaya klasik sepakbola Italia.

photo
 
 
Keterangan foto: Skema permainan grendel dan serangan balik (catennacio) ala sepak bola Italia - (Google.com)

 

Tampak sekali Gate sadar bahwa timnya hanya akan bisa mencetak gol melalui bola mati, entah itu tendangan bebas, penalti, atau sepak pojok. Maka, bila bola terus dialirkan dan dimainkan pemainnya dia arena penalti Denmark sebab kemungkinan besar di sana akan terjadi insiden pelanggaran yang menguntungkan timnya.

Strategi lainnya dari Gate adalah pemainnya diminta menahan bola selama mungkin. Tujuannya adalah memancing pemain Denmark agar ke luar dari area sekitar penaltinya. Meski risikonya bagi penonton adalah akan melihat permainan menjadi lambat. Bola hanya berputar dan berputar di tengah lapangan saja. Bikin jenuh.

Dan itu benar saja terjadi pada waktu pertandingan memasuki perpanjangan waktu. Kala ada manuver menusuk gawang Kasper, pemain Inggris dilanggar di dalam kotak penalti. Akibatnya fatal, terjadilah tendangan penalti.

Dan, meski Kasper Schmeichel berhasil mengeblok tendangan penalti itu, gawang dia tetap kebobolan. Ini karena tak ada pemain Denmark bereaksi ketika bola tepisannya muntah. Maka penyerang Inggris Harry Kane, dengan mudah mencetak gol setelah tendangan penaltinya itu ditepis kiper Kasper Schmeichel

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement