Jumat 09 Jul 2021 15:24 WIB

Cara Menjaga Kesehatan Mental Saat Isolasi Mandiri

Rasa cemas, khawatir, dan ketakutan tidak dipungkiri sering muncul saat isoman.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Mas Alamil Huda
Ilustrasi Isolasi Mandiri
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Isolasi Mandiri

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rasa cemas, khawatir, dan ketakutan tidak dipungkiri sering muncul saat isolasi mandiri (isoman). Kondisi itu merupakan hal yang umum terjadi. Meski begitu, hal itu tidak lantas dibiarkan begitu saja untuk menjaga kondisi mental agar tetap sehat.

Psikiater dari Universitas Gadjah Mada, Ronny Tri Wirasto, mengatakan, isoman merupakan sebuah kondisi yang menimbulkan jarak baik secara fisik, emosi maupun finansial. Gap tersebut berpotensi memunculkan sejumlah persoalan.

"Secara umum, permasalahan yang kerap terjadi saat isolasi mandiri yaitu ketakutan menghadapi penyakit itu sendiri, ketakutan saat isoman, kebosanan dan frustasi. Persoalan ini yang kita hadapi bersama saat ini," kata Ronny, Jumat (9/7).

Kaprodi Pendidikan Spesialis Ilmu Kejiwaan FKKMK UGM ini membagikan beberapa cara hadapi stres agar mental sehat selama isolasi. Salah satunya membatasi menonton, membaca, atau mendengar berita dan cerita baru terkait Covid-19, termasuk di medsos.

"Pembatasan bisa berupa waktu, jumlah, topik atau sumbernya. Atur waktu dalam pembatasan ini," ujar Ronny.

Cara lain dengan melakukan perawatan tubuh secara optimal mulai dari kebersihan hingga aktivitas fisik. Beberapa tambahan aktivitas fisik yang dapat dilakukan seperti melakukan latihan bernafas dalam, peregangan, dan meditasi yang terarah.

Selain itu, mengatur makanan dengan pola seimbang, melakukan olahraga ringan secara teratur dan hindari konsumsi alkohol dan rokok. Kemudian, yang tidak kalah penting usahakan tetap terhubung dengan orang lain seperti keluarga, kerabat, dan teman.

Selalu berkomunikasi untuk membagi kondisi dan perasaan saat ini, dapat melalui media sosial, daring, maupun telpon. Seseorang perlu segera mendapatkan pendampingan profesional, baik konselor, psikolog atau psikiater jika tetap alami kesulitan.

Kesulitan yang dimaksud masih ada perasaan marah, takut, sedih, frustasi, berubah nafsu makan, energi kurang, minat kurang dan sulit tidur. Bahkan, perlu diwaspadai jika muncul keluhan fisik seperti nyeri kepala, ulu hati dan di bagian tubuh lain.

"Kalau masih ada keluhan seperti itu sebaiknya segera minta pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater," kata Ronny.

Ronny mengingatkan, dukungan sosial juga sangat diperlukan dalam kondisi pandemi, termasuk bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri. Adanya dukungan keluarga terdekat maupun masyarakat diharap dapat mengurai masalah atau stresor saat isoman.

Dukungan sosial diperlukan untuk memberikan jaminan atas pemenuhan kebutuhan dasar saat menjalani isoman. Masyarakat diharapkan juga tidak memberikan pelabelan atau stigmatisasi karena menjadikan pasien khawatir lebih dibanding sebelum terinfeksi.

"Tidak lupa jaminan suplai yang kuat. Bagi yang menjalani isoman jangan ragu konsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan terkait Covid-19. Dengan begitu, jika ada perubahan derajat gejala bisa segera terdeteksi atau tertangani," ujar Ronny.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement