Jumat 09 Jul 2021 15:52 WIB

Ditjen Tanaman Pangan Lakukan Sinergi Dorong Serap Gabah

Ditjen tanaman pangan cari solusi bersama di tengah jatuhnya harga gabah

Petani menjemur gabah di Kampung Ciharashas, Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat.  Kementerian Pertanian mulai menggerakkan daerah untk menyerap gabah petani di tengah adanya dinamika harga panen saat ini.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Petani menjemur gabah di Kampung Ciharashas, Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat. Kementerian Pertanian mulai menggerakkan daerah untk menyerap gabah petani di tengah adanya dinamika harga panen saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian mulai menggerakkan daerah untk menyerap gabah petani di tengah adanya dinamika harga panen saat ini. 

"Ada beberapa daerah mengeluh harga gabah jatuh sehingga kita perlu turun lagi gerak di lapangan mensolusi ini," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi saat rapat bersama para pemangku kepentingan hari Selasa (6/7) lalu.

Dari data petugas informasi pasar, terdapat laporan harga di bawah HPP di sekitar 60 Kabupaten. "Bagi kabupaten yang mengalami harga di bawah HPP mohon segera turun tangan, kita bersama Perpadi, Bulog dan RNI mari mengatasi masalah ini. Bagi perpadi yang kesulitan modal untuk serap gabah kita fasilitasi dengan bank setempat untuk akses KUR," kata Suwandi

Suwandi saat diwawancara hari Jumat (9/7) menegaskan kembali untuk penyiapan early warning sistem potensi panen. Gerakan brigade panen perlu dilakukan bersama kostraling, Perpadi, Dinas Pertanian dan supporting dari himbara untuk serap gabah.

"Kita koordinasi dengan Bulog, lakukan upaya mekanisasi di wilayah hujan dengan dryer sehingga harga tidak terlalu jatuh. Siapkan alat penggilingan yang bagus. Kemudian  Sesuai Cara Bertindak 3 dari program Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo, siapkan juga untuk membangun lumbung pangan," tandas Suwandi.

Menurut Suwandi puncak panen kedua harga sudah terdampak turun di bawah HPP artinya sistem di hilir belum begitu kuat dbanding tahun lalu sehingga perlu solusi jangka pendek. Sebenarnya hal ini bisa juga menjadi  peluang untuk ekspor premium. “Saya minta eksportir yang berminat silahkan masuk,”ujarnya

Suwandi pun menyatakan solusi jangka pendek  harga jatuh supaya segera turun ke lapangan serap gabah sebagaimana sudah dilakukan di Grobogan dan Brebes. Jangka menengah dengan turunkan losses, dryer diperkuat penggilingan naik kelas jadi semi modern dan super modern. Kemudian jangka panjang sistem logistik, distribusi dan hilirisasi diperbaiki

Mohamad Suyamto Direktur SCPP Perum Bulog mengakui adanya kendala saat ini. Ia menyebutkan bahwa gudang saat ini penuh. 

Penyaluran Bulog saat ini lebih untuk operasi pasar yang sifatnya tidak tentu saat harga tinggi saja. Ia berharap adanya keseimbangan hulu dan hilir. “Mari bersama kita serap hulunya dan hilirnya juga. Kami ingin ada saluran pasti terkait hilir sehingga bisa maksimal menyerap gabah petani,” kata Suyamto.

Sebagai informasi pengadaan 2021 Bulog  telah serap 741 ribu ton atau setara hampir 1,4 juta ton GKP petani. “Posisi stok kami sudah 1,3 juta ton , sudah mendekati ketetapan Pemerintah 1-1,5 juta ton. Stok lama masih ada 300 ribuan ton. Kami sangat menunggu stok lama ini ada penyelesaian sehingga kita bisa menyerap,” jelasnya.

Sementara itu Ketua Perpadi Sutarto Alimoeso mengakui pasar beras sedang lesu. Perpadi yang Sebagian besar penggilingan kecil umumnya juga juga mengalami kesulitan menyalurkan beras. Sutarto mengusulkan pemikiran bagaimana menyelesaikan hulu hilir secara baik dengan menyediakan anggaran lebih agar bisa revitalisasi dan menyediakan modal cukup bagi penggilingan. “Penyaluran setelah beli harus menjadi perhatian, saya piker Pemda bisa berinisiatif menyerap gabah dari penggilingan kecil,” tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement