Jumat 09 Jul 2021 16:51 WIB

Sebanyak 80 Penghulu Meninggal Dunia Selama Pandemi Covid-19

Bahkan ada penghulu yang meninggal dunia saat melaksanakan tugas.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hiru Muhammad
Penghulu menyerahkan buku nikah kepada pengantin saat acara Nikah Gratis di KUA Sewon, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (8/6/2021). Nikah Gratis yang digelar oleh Forum Ta
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Penghulu menyerahkan buku nikah kepada pengantin saat acara Nikah Gratis di KUA Sewon, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (8/6/2021). Nikah Gratis yang digelar oleh Forum Ta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) mencatat sebanyak 80 penghulu meninggal dunia selama pandemi Covid-19 berlangsung. Jumlah tersebut tersebar di sejumlah provinsi di Indonesia, umumnya terkonsentrasi di Pulau Jawa.

"Hari demi hari korban terus berjatuhan dari kalangan penghulu. Sampai saat ini ada 80 penghulu yang telah meninggal dunia, bahkan ada yang meninggal saat melaksanakan tugas. Ini adalah kejadian luar biasa," kata Ketua Umum APRI, Madari, melalui pesan tertulis kepada Republika, Jumat (9/7).

Madari merinci, 80 penghulu yang wafat tersebut tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Di DKI Jakarta tujuh orang, Banten delapan orang, DIY dua orang, Jawa Barat 17 orang, Jawa Tengah 22 orang, Jawa Timur 11 orang, Lampung dua orang, Sulawesi Selatan sembilan orang, dan Sulawesi Tenggara empat orang.

"Totalnya ada 80 penghulu yang meninggal dunia. Ini data yang masuk kepada kita sampai hari ini (Kamis). Mungkin saja ada beberapa provinsi yang belum sampai laporannya. Kita akan terus memperbarui data," ujarnya.

Menurut Madari, pandemi Covid-19 tidak bisa dianggap remeh. Maka menjadi sangat wajar ketika pemerintah melakukan berbagai macam langkah antisipasi agar masyarakat terhindar dari pandemi Covid-19.

"Pemerintah, termasuk pimpinan di Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, terus memikirkan bagaimana penghulu betul-betul aman dalam melaksanakan tugasnya, karena memang penghulu termasuk yang rentan, berisiko tinggi, karena interaksi kita bisa di mana saja dan kapan saja," ujarnya.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement