REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi manusia mata kasar agar dapat melihat segala yang zahir atau lahir, yang dapat dilihat oleh mata biasa. Tetapi untuk dapat melihat hal yang gaib, Allah telah mengaruniakan suatu penglihatan yang halus di dalam hati, yang dikenal dengan bashirah.
"Yakni mata hati, atau mata Ruh," kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitabnya Sirr Al-Asrar Fi Mayahtaj Ilayah Al-Abrar.
Bashirah terbuka di dalam hati orang-orang yang dekat atau yang kuat taqarrubnya kepada Allah. Tidak ada satupun kekuasaan atau ilmu di dunia ini yang dapat memberikan bashirah.
Padahal, kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani manusia sangat memerlukannya untuk sampai ke Alam Gayb yang merupakan rahasia-rahasia Tuhan, kecuali ia tergolong orang-orang yang diberi karunia khusus oleh Tuhannya, yaitu ilmu yang datangnya dari kesadaran diri tentang Ketuhanan Allah Yang Esa yang keluar dari kesadaran diri yang tercurah ke dalam hatinya untuk mengenal alam rahasia Allah yang gaib, seperti dalam firmannya surat al-kahfi ayat 65 yang artinya.
"Yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami."
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani hal yang perlu dilakukan oleh orang awam ialah mencari orang yang memiliki bashirah atau penglihatan mata hati, yang mata hati mereka selalu terbuka lebar, dan kita bisa menerima Ilham atau intuisi dari mereka. Orang seperti inilah yang akan menjadi guru untuk membantu dan membimbing kita membuka mata hati kita.
Tentu saja mata hati yang mereka miliki dapat menembus dinding alam Gayb dan mengenal Allah SWT. Untuk itu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menyerukan kepada kita supaya sadar dan segera bertaubat.
"Dengan taubat itu mudah-mudahan kita mendapat petunjuk dan hikmah dari Allah," katanya.
Tentang seruan taubat, Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 133 dan 134 yang artinya.
"Dan bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Maka dari itu masuklah menjadi ahli golongan orang yang berjalan kembali menuju Allah. Jangan sampai menunggu hingga jalan itu tidak dapat dilalui lagi atau hingga tidak ada lagi orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan itu. Tujuan kita datang ke bumi yang sempit dan fana ini bukan untuk makan, minum, bersenggama, atau berfoya-foya semata-mata.
Sikap semacam ini bukanlah sikap yang dikehendaki Allah dan diajarkan oleh Nabi nya yang termulia, Muhammad SAW. Nur Muhammad SAW sedang memperhatikan kita.
"Jika kita tidak mempedulikan ajarannya melangkahi badan bukannya hati beliau," katanya.